KEPERAWATAN
JIWA
PENGERTIAN
Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian
kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi,
diantaranya menurut :
- WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
- UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
- Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri,
tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan
lingkungan
- Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
Pengertian
Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Menurut Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana
perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang
positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harnonis serta
agar berperan lebih produktif di masyarakat.
2. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
3. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
prilaku yang akan mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas
4.
Caroline dalam Basic
Nursing, 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan
penyimpangan mental, dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk
mengoptimalkan kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar,
tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan
memberikan dorongan.
- Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut
biasa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga area
praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan management.
FUNGSI
Fungsi keperawatan jiwa biasa nya diperankan oleh perawat atau tenaga medis
yang bertanggung jawab terhadap nya.
Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
- Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien
- Mendemontrasikan penerimaan
- Respek
- Memahami klien
- Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran
perawat meliputi:
- Sebagai pendidik
- Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
- Sebagai ”surrogate parent”
- Sebagai konselor.
Dan yang lain
dari peran perawat adalah:
- Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
- Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
- Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik
- Aktif melakukan penelitian
- Membantu pendidikan masyarakat.
PENGAPLIKASIAN
Kriteria Sehat
Jiwa
1. WHO,
mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:
a. Sikap positif terhadap diri
sendiri
hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total
contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan
kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat,
jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.
b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan
psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
c. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang
positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek
merupakan satu kesatuan.
d. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima
masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun
bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri
e. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan
adat
2. A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya
adalah:
a. Persepsi akurat
terhadap realitas
b. Menerima diri orang lain, dan hakekat
manusia tinggi
c. Mewujudkan
spontanitas
d.
Promblem centered yang akhirnya
memerlukan self centered
e.
Butuh privasi
f.
Otonomi dan
mandiri
g.
Penghargaan
baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri
h.
Mengalami
pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi
i.
Berminat
terhadap kesejahteraan manusia
j.
Hubungan intim
dengan orang terdekat
k.
Demokrasi
l.
Etik kuat
m. Humor/tidak bermusuhan
n.
Kreatif
o.
Bertahan atau
melawan persetujuan asal bapak senang
3. Yahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
f. Environmental Mastery
(kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)
Rentang Sehat
Jiwa
1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati
3. Ada tahap tahap
4 Adanya
variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif: sehat
Perkembangan
Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. 1958
Perkembangan keperawatan
kesehatan jiwa dimulai dari cara menangani klien yang memiliki masalah sikap,
perasaan, dan konflik
2.
1960
Berkembang ke arah perkembangan primer dan penanganan secara
multidisiplin
3.
1970
Perkembangan selanjutnya pada bidang spesialisasi
keperawatan jiwa yang membutuhkan pendidikan keterampilan khusus,bidang
spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya
Konseptual
Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
MODEL
|
VIEW OF
BEHAVIORAL DEVIATION
|
THERAPEUTIC
PROCES
|
ROLES OF
PATIENT & THERAPIST
|
Psychoanalitycal
(Freud, Erickson)
|
Ego tidak
mampu mengontrol ansietas, konflik tidak sesuat
|
Asosiasi bebas & analisis mimpi
Transferen untuk memperbaiki
traumatik masa lalu
|
Pasien: mengungkapkan semua pikiran
dan mimpi
Terapist: menginterpretasi pikiran
dan mimpi pasien
|
Interpersonal
(Sullivan, Peplau)
|
Ansietas timbul & dialami
secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
Building feeling security
Trusting relationship &
interpersonal satisfation
|
Pasien: share anxieties
Terapist: use empathy &
relationship
|
Social
(Caplan, Szasz)
|
Social & environmental factors
create stress, which cause anxiety & symptom
|
Environmental manipulation &
social support
|
Pasien: menyampaikan masalah
menggunkan sumber yang ada di masyarakat
Terapist: menggali system social
klien
|
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
Individu gagal menemukan &
menerima diri sendiri
|
Experience in relationship,
conduction in group
Encouraged to accep self &
control behavior
|
Pasien: berperan serta dalam
pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist: memperluas kesadaran diri
klien
|
Supportive Therapy (Wermon,
Rockland)
|
Faktor biopsikososial & respon
maladaptif saat ini
|
Menguatkan respon koping adaptif
|
Pasien: terlibat dalam
identifikasi coping
Terapist: hubungan yang hangat dan
empatik
|
Medical
(Meyer, Kraeplin)
|
Combination from physiological,
genetic, environmental & social
|
Pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik & tehnik interpersonal
|
Pasien: menjalani prosedur diagnostic
& terapi jangka panjang
Terapist: therapy, repport
effects, diagnose illness, therapeutic approach
|
Berdasarkan konseptual model
keperawatan , maka dapat dikelompokan ke dalam 6 model yaitu:
- Psychoanalitycal (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi
dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma, agama (super ego/das
uber ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral)
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air
susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral
dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa
dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya klien
dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
traumatik masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan terapist berusaha untuk menginterprestasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment
atau pengkajian melalui keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang
dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan,
diperkosa pada masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunitasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
- Interpersonal (Sullivan, Peplau)
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya
konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus
seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted
child. Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap,
ibunya pernah berupaya untuk membunuhnya karena merasa malu dan melanggar
norma, lingkungannya tidak menerima dengan hangat karena dianggap anak yang
harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan kasih sayang,
maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.
Proses terapi menurut konsep ini adalah build
feeling security (berupaya membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga
klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share
anxieties (berupaya melakuan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien,
apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh
klien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhunbungan dengan orang lain seperti: ”saya senang berbicara dengan anda,
saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
- Social (Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factors create stress, which cause anxiety
and symptom). Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising,
macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal, persaingan
kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit, polusi,
sampah akan mencetus stress pada individu.
Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial
seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang naka, tetangga yang
buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan memunculkan
berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan.
Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environmen manipulation and social support (pentingnya
modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus
bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan
perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman,
tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang
memuaskan.
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapist berupaya:
menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di sekolah,
di masyarakat atau tempat kerja.
- Existensial (Ellis, Rogers)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam body image-nya.
Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah: Siapa saya? Bagaimana seharusnya
saya bersikap agar orang lain menyukai saya? Apa peganggan jalan hidp saya?
Norma mana yang saya anut? Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan
dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi
kabur.
Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conduction in
group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feed
back tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah: klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti
untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist
beruapaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik,
saran atau reward & punishment
- Supportive Therapy (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor biopsikososial
dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi maslah seperti:
sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri,
tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah
yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Stressor pada
saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting sekali seperti
ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan. Ketidakmampuan
beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan
individu menjdi stress.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang biasa yang digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien
yang adaptif.
- Medical (Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek
fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan diagnosa, dan
menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport effects, diagnose illness, therapeutic approach)
Prinsip Dasar
Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa
1. Upaya promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan
mental dengan kegiatan-kegiatan berikut:
Pendidikan
kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mental
Usaha-usaha
untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan
pendidikan kesehatan
Pengkajian
terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana
dapat menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuai
Membantu
pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah
psikiatrik
Bekerjasama
dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok
dapat berfungsi dengan baik
Berperan serta
dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan
jiwa
2. Upaya kuratif (pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini
dan pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Menyelenggarakan
skrining test dan mengevaluasi hasil
Kunjungan rumah
untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
Pelayanan
pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
Menyelenggrakan
milieu therapy
Supervisi pada
pasien yang mendapatkan pengobatan
Pelayanan
pencegahan bunuh diri
Memberikan
konseling terbatas/sederhana
Menyelenggarakan
intervensi krisis
Pelayanan
psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur
Berintegrasi
dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan jiwa
3. Upaya rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya
penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Peningkatan
latihan vokasional dan rehabilitasi
Penyelenggaraan
program latihan (after care) bagi
pasien setelah pulang dirawat ke masyarakat
Menyelenggarakan
”partial hospitalization”
PROSES
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan
hidup klien sehari-hari, keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal
serta riwayat personal dan keluarga
a.
Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien,
pendidikan, alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien,
juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah
yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b.
Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan
neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya klien
yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk
mengendalikan lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai
dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami klien.
c.
Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status mental klien perlu dikaji
setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi
pikir, halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk
bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal klien
dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat
ketika mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain:
1). Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan
usia sebanya dan dengan jenis kelamin tertentu.
2). Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam
kelompok
3). Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin
dan berhubungan dengan orang lain.
4). Apakah klien mempunyai teman dekat.
d.
Riwayat
personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh
kembang klien, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan
keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui
pengalihan focus dari klien sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota
keluarga di beri kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan
apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Untuk menegakan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemuadian
dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah teridentifikasi,
rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif.
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah
sebagai berikut:
a. Memenuhi
kebutuhan emosi klien dan kebutuhan untuk dihargai
b. Mengurangi ketegangan pada anak dan
keutuhan untuk berperilaku defensive.
c. Membantu klien
menjalan hubungan positif dengan orang lain
d. Membentu mengembangkan identitas diri
klien
e. Memberikan klien kesempatan untuk
menjalin kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terseleseikan secara
tuntas
f. Membantu klien
untuk berkomunikasi secara efektif
g. Mencegah anak
untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h. Membantu klien memelihara kesehatan
fisiknya.
4. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara
lain:
a.
Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
1). Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu
yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya
2). Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
3). Berkomunikasi dengan orang lain
4). Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan
dengan diri sendiri, dunia luar dan orang lain.
5). Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan
realitas
b.
Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang
tua perlu belajar secara bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang dihadapi
dan bertanggungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan keluarga.
Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga
turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena itu perawat
perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c.
Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji
realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial klien. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
d.
Psikofarmakologi
Walaupun belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri, tetapi bermanfaat untuk
mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsive dan ansietas) dan membantu
agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh
dokter dan menggunkan pedoman yang tepat
e.
Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalisa, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara klien
dan terapist memberikan kesempatan pada klien untuk mendapatkan pengalaman
mengenai hubungan positif dengan orang lain dengan penuh kasih sayang.
f.
Pendidikan pada
orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan
kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah
dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbang klien, sehingga orang tua
dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan klien. Keterampilan berkomunikasi juga
meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anaknya.
g.
Terapi
lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami klien. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur
dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai tugas terapeutik dan rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur
secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan
ruti meliputi: bangun pagi hari, makan dan jam tidur.
5. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien.
Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri
melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara
rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
- Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
- Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
- Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
- Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
- Respon terhadap peraturan dan rutinitas
- Status mental secara menyeluruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar