PENGERTIAN
Ilmu
+ Keperawatan + Gerontik ; Ilmu Keperawatan Gerontik
- Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
- Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
- Gerontik : gerontologi + geriatric
- Geros : lanjut usia, logos : ilmu
- Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut atau ilmu yang memepelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia
- Gerontologi (Kozier, 1987): ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua.
- Gerontologi (Miler, 1990): cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi di semua usia.
- Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
- Geriatrik : cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada lansia atau aspek klinis, preventif maupun terapeutis bagi klien lansia.
- Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
- Keperawatan gerontik (Kozier, 1987): praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
- Keperawatan gerontik: spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lansia secara komprehensif.
- Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari keperawatan gerontik (Gerontic Nursing)
FUNGSI
Fungsi Keperawatan Gerontik
1) Mempertahankan derajat kesehatan
pada lansia taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari berbagai gangguan
penyakit
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan
aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3) Merangsang para petugas kesehatan
untuk mengenal masalah kesehatan lansia
4) Memelihara kemandirian secara
maksimal
5) Mengantar lansia pada akhir masa
hidupnya
PENGAPLIKASIAN
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah
penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali.
Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan antara lain
karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang
meningkat.
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) atau usia harapan
hidup.
Jumlah penduduk lansia Indonesia, beserta usia harapan
hidupnya diperlihatkan dalam Tabel berikut ini:
Selanjutnya,
terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
- 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri
- 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
- 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
- hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES
RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 –
54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th)
sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > )
sebagai masa SENIUM
Sedangkan
WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. usia pertengahan : 49 – 59 tahun
2. lanjut usia : 60 – 74 tahun
3. lanjut usia tua : 75 - 90 tahun
4. usia sangat tua : > 90 tahun
Menurut
Prof. Dr. Ny. Sumiati A.M.:
Masa
bayi : 0-1
thn
Masa
pra sekolah : 1-6 thn
Masa
sekolah : 6-10
thn
Masa
pubertas : 10-20
thn
Masa
setengah umur : 40-65 thn
Masa
lanjut usia : 65
tahun
Menurut
Dra. Ny. Jos Masdani:
Pertama : fase iuventus (25-40 tahun)
Kedua
: fase verilitas
(40-50 tahun)
Ketiga : fase prasenium (55-65 tahun)
Keempat : fase senium (65 tahun hingga tutup
usia)
Menurut
Dr. Koesoemato Setyonegoro:
Usia
dewasa muda/elderly adulthood: 18 atau 20 – 25 thn
Usia
dewasa penuh/middle years: 25-60 thn atau 65 thn
Lanjut
usia/getriatric age: >65 tahun atau 70 tahun
· Young Old : 70-75 tahun
· Old :
75-80 tahun
· Very old : > 80 tahun
Menurut
Birren dan Jenner tahu 1977:
· Usia biologis:
Menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada
dalam keadaan hidup tidak mati
· Usia psikologis:
Kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
kepada situasi yang dihadapinya
· Usia social:
Peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.
Menurut
kemampuannya dalam berdiri sendiri para usia lanjut dapat digolongkan dalam
kelompok-kelompok sebagai berikut:
1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan
tidak langsung
4. Lsnjut usia dibantu oleh badan usaha
5. Lanjut usia Panti Social Tresna
Werda
6. Lanjut usia yang dirawat di Rumah
Sakit
PROSES PENUAAN
- Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
- Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial.
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat
proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang
hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua
dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang
tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara
umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. terjadi dalam sel seperti:Ã Perubahan
Mikro
· Berkurangnya cairan dalam sel
· Berkurangnya besarnya sel
· Berkurangnya jumlah sel
2. yang jelas
terlihat seperti:Ã Perubahan Makro
· Mengecilnya mandibula
· Menipisnya discus intervertebralis
· Erosi permukaan sendi-sendi
· Osteoporosis
· Atropi otot (otot semakin mengecil,
bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
· Emphysema Pulmonum
· Presbyopi
· Arterosklerosis
· Manopause pada wanita
· Demintia senilis
· Kulit tidak elastis
· Rambut memutih
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
Secara umum karakteristik penyakit
pada lansia digambarkan sebagai berikut:
- Penyakit sering multiple : saling berhubungan satu sama lain
- Penyakit bersifat degeneratif
- Gejala sering tidak jelas : berkembang secara perlahan
- Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
- Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
- Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)
Hasil
penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar,
Makasar), sebagai berikut:
1)
Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan
(76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), kelenturan (53,23 %), Gilut
(51,12 %).
- Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit
tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera
makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Mengapa
gerontik dianggap tepat dalam keperawatan?
Focus keperawatan adalah respon
seseorang terhadap problem yang bersifat actual maupun potensial, bukan hanya
pada kondisi sakit atau kecacatan tetapi juga pada kondisi sehat.
Bagaimana mempertahankan kesehatan
lansia, meningkatkan dan mencegah dari bahaya yang mungkin timbul sehingga
lansia dapat tetap produktif dan berbahagia pada usia lanjut.
FENOMENA
BIDANG GARAP KEPERAWATAN GERONTIK
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik
adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai
akibat proses penuaan.
Respon lanjut usia terhadap proses penuaan berbeda-beda
sesuai dengan latar belakang social budaya dimana lanjut usia tersebut berada,
sehingga fenomena yang menjadi bidang garapan adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar lansia sebagai akibat proses penuaan
LINGKUP
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
Lingkup
askep gerontik meliputi:
1) Pencegahan terhadap ketidakmampuan
akibat proses penuaan.
2) Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akibat proses penuaan.
3) Pemulihan ditujukan untuk upaya
mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam
prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran
dan fungsinya sebagai berikut:
1) Sebagai Care Giver /pemberi asuhan
langsung
Berupa bantuan kepada klien lansia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sebagai akibat proses penuaan, meliputi:
Pengkajian: upaya mengumpulkan data/informasi yang benar
tentang status kesehatan lansia
Menegakkan diagnose keperawatan berdasarkan analisis dari
hasil pengkajian
Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi
kesenjangan atau langkah-langkah/cara penyelesaian masalah lansia baik bersifat
actual, resiko
Melaksanakan rencana yang telah disusun
Mengevaluasi berdasarkan respon verbal dan non verbal klien
lansia terhadap intervensi yang dilakukan
2) Sebagai Pendidik klien lansia
Membantu meningkatkan pengetahuan klien lansia untuk
memahami tentang pemenuhan kebutuhannya.
3) Sebagai Motivator
Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan untuk
memenuhi kebutuhan.
4) Sebagai Advokasi
Memberi advokasi terhadap klien
lansia dalam pemenuhan kebutuhannya
5) Sebagai Konselor
Memberikan konseling terhadap klien lansia agar mampu
beradaptasi secara optimal terhadap proses penuaan yang terjadi
TANGGUNG JAWAB PERAWAT GERONTIK
1) Membantu klien lansia memperoleh
kesehatan secara optimal
2) Membantu klien lansia untuk
memelihara kesehatannya
3) Membantu klien lansia menerima
kondisinya
4) Membantu klien lansia menghadapi
ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal
SIFAT PELAYANAN KEPERAWATAN GERONTIK
Sifat Pelayanan Askep Gerontik:
1)
Independent (layanan tidak
tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya:
asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan dalam
membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lansia.
2)
Dependent atau kolaboratif
Artinya:
saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lansia.
3)
Humanistik (secara manusiawi)
Artinya:
didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap lansia.
4)
Holistik (secara keseluruhan)
Lansia
merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik
harus memperhatikan aspek social budaya keluarga dan masyarakat.
MODEL PEMBERIAN KEPERAWATAN PROFESIONAL PADA KLIEN LANSIA :
1)
Model Asuhan
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian. Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian. Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
2)
Model Manajerial (berkaitan pada
pengaturan/manajemen)
Model
Manajerial yaitu: yang sesuai juga masih dalam penelitian tentang yang lebih
mengarah pada tindakan yang profesional.
TEORI PROSES MENUA DAN KEADAAN POST POWER SYNDROM
A. TEORI PROSES MENUA
(AGING PROCESS THEORY)
Menua adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
1) Teori-teori Biologi
a. Teori genetic dan mutasi (somatic
mutatie theory)
· Menua terjadi sebagai akibat
perubahan biokimia yang deprogram oelh molekul-molekul/DNA dan setiap saat
mengalami mutasi
· Contoh: terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel
b. Teori reaksi dan kekebalan sendiri
(auto Immune Theory)
c. Teori “Immunologi Slow Virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
d. Teori stress
Terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
e. Teori radikal bebas
· Terbentuk di alam bebas
· Tidak stabilnya RB mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organic
· Menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi
f. Teori rantai silang
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati
2) Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (activity
teory)
· Pada lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social
· Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup lansia
· Mempertahankan hubungan antara
sistem social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b. Kepribadian berlanjut (Continuity
Theory)
Dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya
c. Teori pembebasan (Disengagenment
theory)
· Dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya
· Kehilangan ganda (triple loss)
Kehilangan peran (loss of role)
Hambatan kontak social (restraction of contacs and relation
ships)
Berkurangnya komitmen (reduces commitment to social mores
and values)
3) Teori Lingkungan (Enviromental
Theory)
B. POST POWER SYNDROME
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lanjut usia:
1) Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
· Lebih sedikit jumlahnya
· Lebih besar ukurannya
· Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
cairan intraseluler
· Jumlah sel otak menurun
b. Sistem persyarafan
· Berat otak menurun 10-20%
· Cepat menurun hubungan persyarafan
· Lambat respond an bereaksi
· Mengecilnya saraf panca indra
· Kurang sensitive terhadap sentuhan
c. Sistem pendengaran
· Presbiakusis
Hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap suara atau nada tinggi, suara yang kurang
jelas, sulit mengerti kata-kata
· Membrane timpani mengalami atrofi
sehingga terjadi otosklerosis
· Terjadinya pengumpulan serumen yang
kemudian mengeras karena meningkatnya keratin
· Pendengaran semakin menurun pada
lansia yang mengalami stress
d. Sistem penglihatan
· Sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilang respon atas sinar
· Kornea berbentuk sferis
· Lensa lebih suram dan menjadi
katarak
· Hilangnya daya akomodasi
· Meningkatnya ambang, sedangkan daya
adaptasi terhadap gelap lebih lambat.
e. Sistem Kardiovaskuler
· Elastisitas dinding aorta menurun
· Katup jantung menebal dan kaku
· Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah usia 20 tahun
· Kehilangan elastisitas pembuluh
darah
· Tekanan darah meninggi
f. Sistem Pengaturan Temperature Tubuh
· Temperatur tubuh menurun
· Keterbatasan reflex menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas
g. Sistem Respirasi
· Otot-otot pernapasan kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku
· Paru-paru kehilangan elastisitas
· Oksigen pada arteri menurun menjadi
75 mmHg
· CO2 pada arteri tidak
berganti
· Kemampuan untuk batuk berkurang
· Kemampuan pegas, dinding, dada dan
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia
h. Sistem Gastrointestinal
· Kehilangan gigi
· Indra pengecap menurun
· Esophagus melebar
· Lambung
· Peristaltic lemah dan biasanya
timbul konstipasi
· Fungsi absorpsi melemah
· Liver: mengecil, menurunnya tempat
penyimpanan, aliran darah berkurang
· Ginjal
· Vesika urinaria (kandung kemih)
· Pembesaran prostat ±75% (pria di
atas 65 tahun)
i. Sistem reproduksi
· Menciutnya ovary dan uterus
· Atrofi payudara
· Pada kaum laki-laki, spermatozoa
masih diproduksi meskipun ada penurunan
· Dorongan seksual menetap sampai usia
di atas 70 tahun
· Selaput lender vagina menurun,
permukaan menghalus, sekresi berkurang
j. Sistem Endokrin
· Produksi hormone menurun
· Fungsi paratiroid dan sekresinya
· Pituitary
· Menurunnya aktifitas tiroi, BMR,
daya pertukaran zat
· Menurunnya produksi aldosteron
· Menurunnya sekresi hormone kelamin
a. Sistem kulit
· Kulit mengerut atau keriput
· Permukaan kulit kasar dan bersisik
· Menurunnya respon terhadap trauma
· Mekanisme proteksi kulit menurun
· Kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu
· Rambut hidung dan telinga menebal
· Berkurangnya elastisitas
· Kuku tumbuh lebih lambat, kuku jari
keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh berlebihan
· Kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya
· Kuku pudar dan kurang bercahaya
l. Sistem muskullosletal
· Tulang kehilangan cairan (density)
dan makin rapuh
· Kifosis
· Pinggang, lutut, jari-jari
pergelangan terbatas
· Discus
intervertebralis
menipis dan memendek
· Persendian menjadi besar dan kaku
· Tendon mengerut dan mengalami
skelerosis
· Atrofi serabut otot
· Otot-otot polos tidak begitu
berpengaruh
2) Perubahan-perubahan Mental
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental:
· Perubahan fisik, khususnya organ
perasa
· Kesehatan umum
· Tingkat pendidikan
· Keturunan
· Lingkungan
b. Kenangan (memory)
· Kenangan jangka panjang
· Kenangan jangka pendek
c. I.Q. (Intelligentia Quantion)
· Informatika matematika dan perkataan
verbal tidak berubah
· Penampilan, persepsi, ketrampilan
psikomotorik berkurang
3) Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun
· Kehilangan financial
· Kehilangan status
· Kehilangan relasi, sahabat
· Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Ekonomi akiabt pemberhentian dari
pekerjaan
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
f. Gangguan syaraf panca indra
g. Gangguan gizi
h. Hilang kekuatan atau ketegangan
fisik
Perkembangan
Spiritual:
Ø Agama
atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
Ø Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaan
Ø Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahunan menurun. Perkembangan yang dicapai pada tingkat
ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara member contoh cara mencintai
keadilan
Aspek
Seksualitas pada Usia Lanjut:
Orang yang makin menua (menjadi tua)
seksual intercourse masih juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur
tertentufungsi seksual seseorang berhenti; frekuensi seksual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan
dan menikmati berjalan terus sampai tua.
Perubahan
Fisiologik Seksual Akibat Proses Menua:
Ø Pada
wanita lansia terjadi produksi estrogen dan progesterone oleh ovarium menurun
saat menopause
Ø Perubahan
yang terjadi pada sistem reproduksi meliputi penipisan dinding vagina dengan
pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas.
Ø Penurunan
sekresi vagina mengakibatkan kekeringan, gatal dan menurunnya keasaman vagina
involusio (atropi) uterus dan ovarium dan penurunan tonus muskulus pubokosigeus
mengakibatkan lemasnya vagina dan perineum.
Ø Perubahan
tersebut berakibat perdarahan pervagina dan nyeri saat bersenggama. Pada pria
lansia, penis dan testis menurun ukurannya dan keadaan androgen berkurang.
Pengaruh
Umum Penuaan Fungsi Seksual Pria:
Secara umum pengaruh penuaan fungsi
seksual pada pria meliputi hal-hal berikut:
Ø Terjadinya
penurunan sirkulasi testosterone, tapi jarang mengakibatkan gangguan fungsi
seksual pada lansia yang sehat
Ø Ereksi
penis memerlukan waktu lebih lama dan mungkin tidak sekeras sebelumnya.
Perangsangan langsung pada penis seringkali diperlukan.
Ø Ukuran
testis tidak bertambah, elevasinya lambat dan cenderung turun
Ø Kelenjar
penis tampak menurun
Ø Control
ejakulasi meningkat
Ø Dorongan
seksual jarang terjadi pada pria di atas 50 tahun
Ø Tingkat
orgasme menurun atau hilang.
Ø Kekuatan
ejakulasi menurun sehingga orgasme kurang semangat
Ø Ejakulasi
selama orgasme terdiri dari satu atau dua kontaksi pengeluaran sedangkan pada
orang yang lebih muda dapat terjadi empat kontraksi besar diikuti kontraksi
kecil sampai beberapa detik
Ø Penurunan
tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna. Frekuensi kontaksi
sfingter ani selama orgasme menurun.
Ø Setelah
ejakulasi, penurunan ereksi dan testis lebih cepat terjadi
Ø Kemampuan
ejakulasi setelah ereksi semakin panjang, pada umumnya dua belas sampai 48 jam
setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan waktu
beberapa menit saja.
Ø Pada
klimaksnya, hubungan seksual masih memberikan kepuasan yang kuat
Hambatan
Aktivitas Seksualitas pada Lanjut Usia:
a. Hambatan Eksterna
· Pandangan social yang menganggap
bahwa aktivitas seksualitas tidak layak lagi dilakukan oleh para lansia
· Tantangan dari keluarga (anak-anak)
dengan berbagai alasan
· Karena peraturan dan ketiadaan
privacy di institusi (panti werdha)
b. Hambatan Interna
· Pribadi (psikologik) sehingga merasa
tidak bisa dan tidak pantas untuk bisa menarik lawan jenisnya
· Pandangan social dan keagamaan
sehingga ditekan sedemikian rupa sehingga memberikan dampak pada hubungan
seksual
· Obat-obatan
· Disfungsi ereksi
· Penatalaksanaan masalah-masalah
seksual pada lanjut usia.
Penatalaksanaan biasanya:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tambahan
Terapi psikologik
Medikamentosa
(hormonal atau infeksi intra corporal)
Pengobatan
dengan vakum
Pembedahan
HUKUM TENTANG PERAWATAN LANJUT USIA
DASAR HUKUM LANSIA
Landasan Hukum Di Indonesia
Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung
mengenai Lanjut Usia atau yang tidak langsung terkai dengan kesejahteraan
Lanjut Usia telah diterbitkan sejak 1965. Beberapa di antaranya adalah :
- Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).
- Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
- Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
- Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
- Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
- Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
- Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
- Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
- Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]
- Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
- Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan.
- Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.
Undang-undang
Nomor 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
- Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.
- Upaya pemberdayaan.
- Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial.
- Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
- Perlindungan sosial.
- Bantuan sosial.
- Koordinasi.
- Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
- Ketentuan peralihan.
ASPEK LEGAL PERAWATAN LANSIA
Prioritas Penelitian Bidang
Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik secara holistic menggabungkan aspek
pengetahuan dan keterampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam
mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, social dan spiritual lansia.
Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia kearah perkembangan kesehatan
yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, maksimalkan
kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit, maupun kelemahan serta
memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian. Penelitian
keperawatan gerontik diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi pengembangan teknik maupun mutu pelayanan dengan berbagai pendekatan di
atas. Namun dalam menyusun prioritas penelitian, perlu diseimbangkan antara
kebutuhan untuk menambah ilmu dan wawasan baru dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan kepatuhan pelayanan. Dalam
mengembangkan penelitian tersebut, kita terlebih dahulu perlu mengetahui
aspek-aspek kritis yang ada dalam keperawatan gerontik.
Area Prioritas
- Pelayanan, evaluasi dan efektivitas intervensi terhadap individu atau kelompok atau metode baru dalam pelayanan keperawatan. sub area prioritas: ventilasi dan sirkulasi, nutrisi, ekskresi, aktivitas dan istirahat, stimulasi mental, tidur, masalah kardiovaskuler, masalah penyakit vaskularisasi periver, masalah respiratori, masalah gastrointestinal, masalah diabetes, masalah muskulusskeletal, masalah genitourinary, masalah neurology, masalah menurunnya fungsi sensorik, masalah dermatologi, masalah kesehatan mental, tindakan operatif dan dampaknya, palliative care, manajemen nyeri, rehabilitasi, perawatan diri dan higienitas, pengawasan menelan obat.
- parameter dan hasil (out come) intervensi klinik yang spesifik. Sub area prioritas:diagnosis keperawatan yang spesifik, pengembangan alat ukur geriatric.
- factor-faktor organisasi yang berdampak pada system pelayanan dan kinerja, sub area prioritas : peran kolaborasi, model keperawatan di rumah (home care), model perawatan di rumah sakit (hospital care), model perawatan di panti jompo (institutional care), model perawatan jangka panjang (long-term care), nursing agency, team work.
- factor-faktor social yang berdampak pada tingkat kesehatan lansia. Sub area prioritas : aspek legal:kebijakan dan regulasi, kelenturan kesehatan yang berbasis budaya dan kepercayaan, social ekonomi, konsep-konsep gerontology (aspek kesehatan, aspek spiritual, aspek etika dan moral, aspek nutrisi, aspek psikologis, aspek fisiologis dan aspek social).
- kualitas hidup (quality of life) dan intervensi kesehatan psiko social. Sub area prioritas:penilaian status fungsional, psikologis, senile demensia, olah raga, rekreasi, upaya preventif terhadap risiko kecelakaan, interaksi social, spiritual, manajemen stress, sakaratul maut, support keluarga, aktivitas dan disfungsi seksual.
- promosi kesehatan. Sub area prioritas:pesan, teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar