PERKEMBANGAN IPTEK DIDUNIA KESEHATAN
IPTEK 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan sangat memprihatinkan dibanding Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan China. Hal ini disebabkan karena :
1. Masih terbatasnya orang indonesia yang mendapat pendidikan barat terutama pendidikan tinggi.
2. Kurangnya keinginan dari pemerintah maupun perusahaan swasta yang ada di Indonesia untuk melakukan ahli teknologi.
3. Tidak adanya inovasi teknologi yang berarti di dalam masyarakat indonesia itu sendiri,ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia mulai berkembang dimana ditandai dangan adanya perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian seperti lembaga ilmu pengetahuan (LIPI) dan juga badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT).
Realita yang memprihatinkan itu bukan dilihat dari prestasi beberapa bidang IPTEK yang telah di capai seperti temuan aplikasi teknologi DNA, temuan bibit padi unggul, temuan vector medan laju percepatan gerak lempeng teknologi, rancangan banunan pesawat remotely pilotely piloted vehicle, memperoleh penghargaan internasional fellowship L’oreal-unesco for woman in science, mendapat medali emas pada internasiaonal exhibition of invention new techninique and peroduct memperoleh the first to nobel prize di bidang fisika tingkat SMA , hingga temuan nutrisi baru yang di sebut saputra, yang memang semua itu perlu di syukuri . Tetapi keprihatinan itu muncul pergerakan dampak perkembangan IPTEK itu memang tidak segaris lurus dangan pencipta kesejahteraan masyarakat dalam rangka kebijakan IPTEK secara nasional,
B. TUJUAN PENULISAN
Stabilitas keamanan dunia dapat tercapai setelah Perang Dingin. Pada masa-masa ini, dunia tidak lagi dihadapkan pada kekhawatiran meletusnya Perang Dunia III serta kerusuhan yang menggoncangkan jagat bumi, sehingga manusia bebas berkarya. Keadaan seperti inilah yang harus dimanfaatkan untuk melakukan percobaan-percobaan dan penemuan teknologi mutakhir. Salah satunya dalam bidang kesehatan yang terus muncul sejuta permasalahan yang wajib diselesaikan. Masih banyak jenis penyakit tanpa obat penawar maupun alat pendeteksinya.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam mendengar tentang perkembangan kesehatan setelah Perang Dunia II, ada beberapa hal yang kiranya perlu dibahas, antara lain :
• Apa bukti perkembangan dari bidang kesehatan?
• Siapa saja penemu peralatan medis pada waktu itu?
• Bagaimana sejarah penemuan alat-alat medis tersebut?
• Apa saja jenis penyakit baru yang berhasil ditemukan?
• Bagaimanakah penyakit-penyakit itu?
BAB II
PEMBAHASAN
• Bentuk Perkembangan IPTEK Bidang Kesehatan
Pengetahuan bidang kedokteran berkembang pesat pada abad ke-20, khususnya setelah selesainya Perang Dunia II. Salah satu bentuk dari perkembangan itu yakni dengan ditemukannya beberapa peralatan medis. Hal ini merupakan awal dari teknologi yang semakin canggih hingga saat ini.
Seorang insinyur Amerika Wilson Greatbatch sedang mengerjakan sebuah alat yang merekam detak jantung yang tak beraturan, ketika memasukkan jenis resistor yang salah ke dalam temuannya. Sirkuit tersebut berdenyut, lalu diam, lalu berdenyut lagi, yang mengarahkan Greatbatch untuk membandingkannya dengan denyut jantung manusia dan jadilah dia menemukan alat pacu jantung pertama di dunia yang bisa ditanamkan dalam tubuh pasien. Sebelum versi yang bisa ditanam digunakan pada manusia dari tahun 1960 dan seterusnya, alat pacu jantung bersifat eksternal yang ditemukan oleh Paul Zoll pada tahun 1952. Ukurannya kurang lebih sama dengan sebuah televisi dan mengirimkan aliran listrik ke dalam tubuh pasien yang sering membuat kulit terbakar. Greatbatch juga meneruskan membuat baterai lithium-iodide untuk menjalankan alat pacu jantung buatannya. Meskipun demikian, menurut data resmi WTO penyakit jantung masih menempati peringkat pertama penyebab kematian di dunia.
Sejak akhir abad ke-19, para dokter telah menggunakan peralatan untuk melihat bagian dalam telinga pasien serta berbagai tempat tersembunyi lainnya. Peralatan endoskoi modern yang lebih fleksibel pertama kali dibuat oleh Basil Hirschovitz pada tahun 1957 menggunakan serat optik untuk mencapai bagian yang lebih dalam dengan lebih nyaman. Peralatan ini dapat lebih tepat mendiagnosa adanya penyakit atau ketidakberesan dalam tubuh manusia.
Sinar X ditemukan pada tahun 1895 oleh seorang Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen. Gambar sinar X pertama yang diambil oleh Rontgen adalah gambar tangan istrinya, Albert von Kolliker. Kemudian pada tahun 1972, Godfrey Hounsfield berhasil membuat sebuah scanner yang menggunakan sinar x dengan intensitas lemah untuk menghasilkan suatu gambar daignosa. Scanner ini lebih aman daripada sinar x dan pada saat ini penggunaannya meningkat.
Perkembangan dunia kedokteran pada abad ke-20 juga ditandai denagn penemuan berbagai macam penyakit baru yang belum dikenal sebelumnya. Namun kadangkala penemuan sebuah penyakit baru tidak diimbangi dengan penemuan obat atau sistem penyembuhannya. Di antara penyakit-penyakit tersebut yang sempat menjadi isu global adalah :
1. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada. Hari AIDS sedunia diperingati setiap 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
2. Antraks
Panyakit antraks yang disebut juga sebagai radang limpa, radang kura, miltbrand, miltvuur, splenic fever adalah zoonosis yang akut, umumnya bersifat sepsis dan fatal.
Penyebab penyakit adalah Bacillus anthracis yang berben¬tuk batang dengan ujung persegi dan tajam, berpasang-pasangan ataupun berantai. Basilus ini bersifat aerob, Gram positif, tidak motil, berkapsul, tahan asam dan membentuk spora. Spora antraks ini akan terbentuk bila O2 berlebihan dan dapat bertahan di lingkungan selama 25 sampai 30 tahun. Selain itu, penyebab penyakit ini tahan pembekuan cepat pada -72 °C, tahan desinfektan dan panas. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.
Antraks biasa ditularkan kepada manusia karena disebabkan pengeksposan pekerjaan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit, misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks.
Penyakit ini telah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu dan kejadian pada manusia sejak zaman Romawi telah diketahui penyebabnya yaitu karena konsumsi daging dari hewan yang terkena serangan penyakit antraks. Di Indonesia penyakit ini merupakan zoonosis penting kedua setelah rabies dan telah diketahui adanya sejak tahun 1884 di Teluk¬betung (nama sekarang: Bandarlampung).
Antraks dilaporkan terjadi di hampir seluruh dunia baik di negara maju maupun berkembang seperti di Inggris, Perancis, Jerman, Siberia, Iran, Tibet, Cina, India, Arabia, Amerika Selatan, beberapa negara Afrika, Australia, Jepang dan Indonesia.
3. Flu Burung
Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkit burung dan mamalia. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtype yang dicirikan dari adnya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 variasi H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtype H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus influenza. Pada awalnya virus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga menyerang 2 anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi pandemik yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia.
Tiongkok, lagi-lagi ditunjuk sebagai Negara tempat asal muasal dimana virus yang menyerang unggas ini dapat bermutasi menyerang manusia. Propinsi Guandong diketahui merupakan sumber asal timbulnya keturunan virus Flu burung paling ganas yang kemudian menyebar secara internasional. Penemuan ini dihasilkan dari penelitian yang mencari rentetan genetik virus yang disimpan dalam Bank gen, sebuah akses umum yang menyimpan sumber data informasi genetika. Dari hasi kerangka model pohon, diketahui virus dari Tiongkok merupakan versi dasar virus yang diteliti dan diambil dari beberapa kasus flu burung di seluruh dunia. Besarnya peternakan unggas di Tiongkok dan minimnya pengetahuan serta kedekatan jarak antara tempat tinggal peternak dan kandang menjadi salah satu faktor yang memicu cepatnya mutasi dan penyebaran virus ini.
Propinsi lainnya yang diduga menjadi daerah tempat penyebaran virus lain adalah propinsi Qinghai yang berada di sebelah barat laut Tiongkok. Penyebaran virus ini sangat cepat terutama di Negara-negara sekitar seperti Indochina, India, Asia Tenggara dan juga benua Eropa. Namun di Negara-negara tersebut virus mematikan H5N1 terbukti tidak menyebar kemana-mana dan hanya menjangkiti daerah tersebut.
Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar dan untuk wilayah dimana terdapat banyak peternakan unggas resiko terjangkit penyakit ini menjadi lebih besar. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya. Resikonya menjadi lebih besar bilamana peternakan tersebut berada di alam terbuka dimana burung liar atau unggas domestik dapat dengan mudah bergabung dan mencemari sumber air/makanan dengan tetesan sekresi yang terinfeksi virus flu burung. Selain itu pasar burung yang becek serta kondisi sanitasi yang tidak baik dapat menjadi kondisi yang pas untuk penyebaran penyakit.
Virus yang hidup dalam tubuh burung yang terinfeksi dikeluarkan dalam jumlah yang besar lewat tetesan sekresi burung yang dapat mencemari debu dan tanah tempat mereka singgah atau tinggal. Virus itu kemudian berterbangan di udara dan dihirup oleh burung lain sehingga menyebabkan burung tersebut terinfeksi. Virus ini juga dapat terbawa oleh kaki dan badan hewan serta tubuh serangga yang berfungsi sebagai perantara penyebaran.
Tikus dan lalat serta hewan yang tinggal di tempat yang kotor merupakan vector mekanis utama penyebaran virus flu burung. Pada manusia, virus dapat disebarkan saat manusia bersentuhan dengan sekresi burung yang terinfeksi. Virus dapat menempel di peralatan, kendaraan, pakan dan kandang serta pakaian yang nantinya berpindah dari satu lahan peternakan ke yang lain. Virus yang menempel ini dapat menginfeksi manusia saat tidak sengaja menghirup atau tertelan ke dalam tubuh.
Virus ini juga masih dapat hidup dalam daging unggas yang tidak dimasak dengan benar dan menginfeksi manusia kala memakan daging yang mengandung virus tersebut. Virus flu burung dapat hidup pada suhu dingin, dan kotoran yang terkontaminasi selama 3 bulan. Virus dapat bertahan dalam air selama 4 hari dengan suhu 22 derajat celcius dan lebih dari 30 hari di suhu 0 derajat. Dalam 1 gram kotoran yang terkontaminasi, terdapat virus yang dapat menyerang 1 juta burung.
Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya melalui perdagangan hewan ternak yang masih hidup, migrasi burung dan burung air. Infeksi virus yang dibawa oleh mereka hanya menyebabkan pengaruh yang kecil bagi tubuh mereka tapi dapat dengan mudah ditularkan melalui tetesan sekresi sekali saja dalam penerbangan yang sangat jauh.
Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditengarai diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan musim. Kepulauan rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari Australia dan Eropa yang bermigrasi.
Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Penanganan medis msupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara anti virus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramiadase (neuramidasi inhibitor), antara lain Ostamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari anti virus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Abad ke-20 dikatakakan sebagai abad teknologi. Sebutan ini muncul karena kemajuan teknologi secara pesat dan nyaris tak pernah terpikirkan pada abad-abad sebelumnya. Berkembangnya teknologi ini khususnya terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II.
• Perkembangan teknologi di bidang kesehatan ditandai dengan inovasi peralatan medis serta ditemukannya berbagai jenis penyakit baru.
B. SARAN
Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia akan membawa dampak yang luas terhadap sistem kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali Indonesia. Agar tidak mengubah tujuan utama dari pengembangan teknologi hendaknya masyarakat tidak terlalu tergantung pada teknologi. Akan tetapi, juga tidak meninggalkan terlalu jauh. Menggunakan seperlunya sebatas kemampuan diri masing-masing. Dalam dunia kesehatan, banyak “pekerjaan rumah” yang perlu dievaluasi. Untuk itu, akan lebih baik bila teknologi yang ada dijaga dan perlu dikembangkan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
• Sumardianta. 2007. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII IPA. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
• http://yourhomedewek.blogspot.com/2010/03/20-penemuan-abad-20-yang-mengubah-dunia.html
• http://fatkhiyatulathiqoh.students-blog.undip.ac.id/
• www.wikipedia.com
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan sangat memprihatinkan dibanding Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan China. Hal ini disebabkan karena :
1. Masih terbatasnya orang indonesia yang mendapat pendidikan barat terutama pendidikan tinggi.
2. Kurangnya keinginan dari pemerintah maupun perusahaan swasta yang ada di Indonesia untuk melakukan ahli teknologi.
3. Tidak adanya inovasi teknologi yang berarti di dalam masyarakat indonesia itu sendiri,ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia mulai berkembang dimana ditandai dangan adanya perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian seperti lembaga ilmu pengetahuan (LIPI) dan juga badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT).
Realita yang memprihatinkan itu bukan dilihat dari prestasi beberapa bidang IPTEK yang telah di capai seperti temuan aplikasi teknologi DNA, temuan bibit padi unggul, temuan vector medan laju percepatan gerak lempeng teknologi, rancangan banunan pesawat remotely pilotely piloted vehicle, memperoleh penghargaan internasional fellowship L’oreal-unesco for woman in science, mendapat medali emas pada internasiaonal exhibition of invention new techninique and peroduct memperoleh the first to nobel prize di bidang fisika tingkat SMA , hingga temuan nutrisi baru yang di sebut saputra, yang memang semua itu perlu di syukuri . Tetapi keprihatinan itu muncul pergerakan dampak perkembangan IPTEK itu memang tidak segaris lurus dangan pencipta kesejahteraan masyarakat dalam rangka kebijakan IPTEK secara nasional,
B. TUJUAN PENULISAN
Stabilitas keamanan dunia dapat tercapai setelah Perang Dingin. Pada masa-masa ini, dunia tidak lagi dihadapkan pada kekhawatiran meletusnya Perang Dunia III serta kerusuhan yang menggoncangkan jagat bumi, sehingga manusia bebas berkarya. Keadaan seperti inilah yang harus dimanfaatkan untuk melakukan percobaan-percobaan dan penemuan teknologi mutakhir. Salah satunya dalam bidang kesehatan yang terus muncul sejuta permasalahan yang wajib diselesaikan. Masih banyak jenis penyakit tanpa obat penawar maupun alat pendeteksinya.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam mendengar tentang perkembangan kesehatan setelah Perang Dunia II, ada beberapa hal yang kiranya perlu dibahas, antara lain :
• Apa bukti perkembangan dari bidang kesehatan?
• Siapa saja penemu peralatan medis pada waktu itu?
• Bagaimana sejarah penemuan alat-alat medis tersebut?
• Apa saja jenis penyakit baru yang berhasil ditemukan?
• Bagaimanakah penyakit-penyakit itu?
BAB II
PEMBAHASAN
• Bentuk Perkembangan IPTEK Bidang Kesehatan
Pengetahuan bidang kedokteran berkembang pesat pada abad ke-20, khususnya setelah selesainya Perang Dunia II. Salah satu bentuk dari perkembangan itu yakni dengan ditemukannya beberapa peralatan medis. Hal ini merupakan awal dari teknologi yang semakin canggih hingga saat ini.
Seorang insinyur Amerika Wilson Greatbatch sedang mengerjakan sebuah alat yang merekam detak jantung yang tak beraturan, ketika memasukkan jenis resistor yang salah ke dalam temuannya. Sirkuit tersebut berdenyut, lalu diam, lalu berdenyut lagi, yang mengarahkan Greatbatch untuk membandingkannya dengan denyut jantung manusia dan jadilah dia menemukan alat pacu jantung pertama di dunia yang bisa ditanamkan dalam tubuh pasien. Sebelum versi yang bisa ditanam digunakan pada manusia dari tahun 1960 dan seterusnya, alat pacu jantung bersifat eksternal yang ditemukan oleh Paul Zoll pada tahun 1952. Ukurannya kurang lebih sama dengan sebuah televisi dan mengirimkan aliran listrik ke dalam tubuh pasien yang sering membuat kulit terbakar. Greatbatch juga meneruskan membuat baterai lithium-iodide untuk menjalankan alat pacu jantung buatannya. Meskipun demikian, menurut data resmi WTO penyakit jantung masih menempati peringkat pertama penyebab kematian di dunia.
Sejak akhir abad ke-19, para dokter telah menggunakan peralatan untuk melihat bagian dalam telinga pasien serta berbagai tempat tersembunyi lainnya. Peralatan endoskoi modern yang lebih fleksibel pertama kali dibuat oleh Basil Hirschovitz pada tahun 1957 menggunakan serat optik untuk mencapai bagian yang lebih dalam dengan lebih nyaman. Peralatan ini dapat lebih tepat mendiagnosa adanya penyakit atau ketidakberesan dalam tubuh manusia.
Sinar X ditemukan pada tahun 1895 oleh seorang Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen. Gambar sinar X pertama yang diambil oleh Rontgen adalah gambar tangan istrinya, Albert von Kolliker. Kemudian pada tahun 1972, Godfrey Hounsfield berhasil membuat sebuah scanner yang menggunakan sinar x dengan intensitas lemah untuk menghasilkan suatu gambar daignosa. Scanner ini lebih aman daripada sinar x dan pada saat ini penggunaannya meningkat.
Perkembangan dunia kedokteran pada abad ke-20 juga ditandai denagn penemuan berbagai macam penyakit baru yang belum dikenal sebelumnya. Namun kadangkala penemuan sebuah penyakit baru tidak diimbangi dengan penemuan obat atau sistem penyembuhannya. Di antara penyakit-penyakit tersebut yang sempat menjadi isu global adalah :
1. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada. Hari AIDS sedunia diperingati setiap 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
2. Antraks
Panyakit antraks yang disebut juga sebagai radang limpa, radang kura, miltbrand, miltvuur, splenic fever adalah zoonosis yang akut, umumnya bersifat sepsis dan fatal.
Penyebab penyakit adalah Bacillus anthracis yang berben¬tuk batang dengan ujung persegi dan tajam, berpasang-pasangan ataupun berantai. Basilus ini bersifat aerob, Gram positif, tidak motil, berkapsul, tahan asam dan membentuk spora. Spora antraks ini akan terbentuk bila O2 berlebihan dan dapat bertahan di lingkungan selama 25 sampai 30 tahun. Selain itu, penyebab penyakit ini tahan pembekuan cepat pada -72 °C, tahan desinfektan dan panas. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.
Antraks biasa ditularkan kepada manusia karena disebabkan pengeksposan pekerjaan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit, misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks.
Penyakit ini telah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu dan kejadian pada manusia sejak zaman Romawi telah diketahui penyebabnya yaitu karena konsumsi daging dari hewan yang terkena serangan penyakit antraks. Di Indonesia penyakit ini merupakan zoonosis penting kedua setelah rabies dan telah diketahui adanya sejak tahun 1884 di Teluk¬betung (nama sekarang: Bandarlampung).
Antraks dilaporkan terjadi di hampir seluruh dunia baik di negara maju maupun berkembang seperti di Inggris, Perancis, Jerman, Siberia, Iran, Tibet, Cina, India, Arabia, Amerika Selatan, beberapa negara Afrika, Australia, Jepang dan Indonesia.
3. Flu Burung
Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkit burung dan mamalia. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtype yang dicirikan dari adnya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 variasi H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtype H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus influenza. Pada awalnya virus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga menyerang 2 anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi pandemik yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia.
Tiongkok, lagi-lagi ditunjuk sebagai Negara tempat asal muasal dimana virus yang menyerang unggas ini dapat bermutasi menyerang manusia. Propinsi Guandong diketahui merupakan sumber asal timbulnya keturunan virus Flu burung paling ganas yang kemudian menyebar secara internasional. Penemuan ini dihasilkan dari penelitian yang mencari rentetan genetik virus yang disimpan dalam Bank gen, sebuah akses umum yang menyimpan sumber data informasi genetika. Dari hasi kerangka model pohon, diketahui virus dari Tiongkok merupakan versi dasar virus yang diteliti dan diambil dari beberapa kasus flu burung di seluruh dunia. Besarnya peternakan unggas di Tiongkok dan minimnya pengetahuan serta kedekatan jarak antara tempat tinggal peternak dan kandang menjadi salah satu faktor yang memicu cepatnya mutasi dan penyebaran virus ini.
Propinsi lainnya yang diduga menjadi daerah tempat penyebaran virus lain adalah propinsi Qinghai yang berada di sebelah barat laut Tiongkok. Penyebaran virus ini sangat cepat terutama di Negara-negara sekitar seperti Indochina, India, Asia Tenggara dan juga benua Eropa. Namun di Negara-negara tersebut virus mematikan H5N1 terbukti tidak menyebar kemana-mana dan hanya menjangkiti daerah tersebut.
Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar dan untuk wilayah dimana terdapat banyak peternakan unggas resiko terjangkit penyakit ini menjadi lebih besar. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya. Resikonya menjadi lebih besar bilamana peternakan tersebut berada di alam terbuka dimana burung liar atau unggas domestik dapat dengan mudah bergabung dan mencemari sumber air/makanan dengan tetesan sekresi yang terinfeksi virus flu burung. Selain itu pasar burung yang becek serta kondisi sanitasi yang tidak baik dapat menjadi kondisi yang pas untuk penyebaran penyakit.
Virus yang hidup dalam tubuh burung yang terinfeksi dikeluarkan dalam jumlah yang besar lewat tetesan sekresi burung yang dapat mencemari debu dan tanah tempat mereka singgah atau tinggal. Virus itu kemudian berterbangan di udara dan dihirup oleh burung lain sehingga menyebabkan burung tersebut terinfeksi. Virus ini juga dapat terbawa oleh kaki dan badan hewan serta tubuh serangga yang berfungsi sebagai perantara penyebaran.
Tikus dan lalat serta hewan yang tinggal di tempat yang kotor merupakan vector mekanis utama penyebaran virus flu burung. Pada manusia, virus dapat disebarkan saat manusia bersentuhan dengan sekresi burung yang terinfeksi. Virus dapat menempel di peralatan, kendaraan, pakan dan kandang serta pakaian yang nantinya berpindah dari satu lahan peternakan ke yang lain. Virus yang menempel ini dapat menginfeksi manusia saat tidak sengaja menghirup atau tertelan ke dalam tubuh.
Virus ini juga masih dapat hidup dalam daging unggas yang tidak dimasak dengan benar dan menginfeksi manusia kala memakan daging yang mengandung virus tersebut. Virus flu burung dapat hidup pada suhu dingin, dan kotoran yang terkontaminasi selama 3 bulan. Virus dapat bertahan dalam air selama 4 hari dengan suhu 22 derajat celcius dan lebih dari 30 hari di suhu 0 derajat. Dalam 1 gram kotoran yang terkontaminasi, terdapat virus yang dapat menyerang 1 juta burung.
Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya melalui perdagangan hewan ternak yang masih hidup, migrasi burung dan burung air. Infeksi virus yang dibawa oleh mereka hanya menyebabkan pengaruh yang kecil bagi tubuh mereka tapi dapat dengan mudah ditularkan melalui tetesan sekresi sekali saja dalam penerbangan yang sangat jauh.
Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditengarai diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan musim. Kepulauan rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari Australia dan Eropa yang bermigrasi.
Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Penanganan medis msupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara anti virus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramiadase (neuramidasi inhibitor), antara lain Ostamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari anti virus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Abad ke-20 dikatakakan sebagai abad teknologi. Sebutan ini muncul karena kemajuan teknologi secara pesat dan nyaris tak pernah terpikirkan pada abad-abad sebelumnya. Berkembangnya teknologi ini khususnya terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II.
• Perkembangan teknologi di bidang kesehatan ditandai dengan inovasi peralatan medis serta ditemukannya berbagai jenis penyakit baru.
B. SARAN
Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia akan membawa dampak yang luas terhadap sistem kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali Indonesia. Agar tidak mengubah tujuan utama dari pengembangan teknologi hendaknya masyarakat tidak terlalu tergantung pada teknologi. Akan tetapi, juga tidak meninggalkan terlalu jauh. Menggunakan seperlunya sebatas kemampuan diri masing-masing. Dalam dunia kesehatan, banyak “pekerjaan rumah” yang perlu dievaluasi. Untuk itu, akan lebih baik bila teknologi yang ada dijaga dan perlu dikembangkan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
• Sumardianta. 2007. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII IPA. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
• http://yourhomedewek.blogspot.com/2010/03/20-penemuan-abad-20-yang-mengubah-dunia.html
• http://fatkhiyatulathiqoh.students-blog.undip.ac.id/
• www.wikipedia.com
IPTEK 2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia kesehatan dalam era globalisasi
akhir-akhir ini
terus meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas.
Begitu juga
tingkat kesadaran masyarakat pentingnya kesehatan semakin
tinggi.
Tentunya hal ini merupakan suatu peluang yang sangat
menarik bagi para
pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya
dalam bisnis
jasa kesehatan. Sehubungan dengan itu, dampak dari adanya
kesepakatan
ekonomi antara negara-negara di Asia Tenggara dan Cina
atau yang lebih
dikenal dengan Asean Free China Trade Aggreement (AFCTA)
yang di
mulai sejak 01 Januari 2010 secara langsung mendorong
para pemilik
modal asing memanfaatkan peluang pada saat seperti ini
terutama yang
berniat mengembangkan modalnya dalam usaha jasa rumah
sakit. Hal ini
bisa dilihat dari indikasi berkembangnya usaha jasa rumah
sakit di dalam
negeri. Bahkan hampir di setiap kota-kota besar di
Indonesia bermunculan
rumah sakit dengan nama label (brand) internasional di
belakangnya. Para
pemodal yang datang dari luar negeri tersebut antara lain
Siloam Group
(Siloam Hospital), Premier (Premier Jatinegara), Royal
Group (Royal
Hospital), Woman And Children, SOS International, dan
masih banyak
lagi.
Rumah sakit sebagai usaha yang bergerak dalam bentuk
padat
modal memiliki kebutuhan dan tuntutan akan pengembangan
pelayanan jasa
dan teknologi kesehatan yang mendukungnya. Jasa layanan
yang diberikan
oleh rumah sakit tidak hanya dalam bentuk pelayanan
kesehatan saja tetapi
juga pelayanan administrasi yang baik. Di sinilah sumber
daya manusia
(SDM) yang ada dalam jasa rumah sakit menjadi tulang
punggung utama
dalam pelayanan jasa ini. Perkembangan teknologi
kedokteran yang
semakin canggih memberikan tuntutan tersendiri bagi
bisnis jasa rumah
sakit agar dapat memenuhi layanan yang dibutuhkan oleh
para pasien yang
datang ke rumah sakit. Dua hal di atas menjadi modal
utama yang sangat
penting dalam menentukan kualitas pelayanan rumah sakit.
2
Peningkatan kualitas jasa layanan rumah sakit memerlukan
sistem
manajemen yang bisa menggerakkan semua sumber daya yang
ada di dalam
rumah sakit. Sumber daya tersebut adalah sumber daya
manusia yang
memiliki kemampuan yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan
selalu
melakukan pembaruan sesuai dengan perkembangan industri
jasa layanan
rumah sakit itu sendiri. Sistem ini tentu membutuhkan
berbagai perencanaan
manajemen yang bersifat jangka panjang sehingga dapat
mengikuti standar
layanan yang prima dengan terus meningkatkan kualitas
pelayanan.
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang bisnis
jasa rumah
sakit, manajemen perusahaan rumah sakit, layaknya layanan
jasa yang lain
juga memerlukan program pendidikan dan pelatihan (Diklat)
bagi setiap
sumber daya manusia (SDM) secara terus menerus agar
memiliki
kemampuan yang handal dalam era globalisasi. Selain itu
tujuan diklat
diadakan berfungsi untuk menyatukan persepsi antara pihak
manajemen
perusahaan dengan karyawan dalam pencapaian tujuan serta visi
dan
misi perusahaan. Hal ini penting mengingat bahwa hubungan
yang baik
antara staf perawat (karyawan) dan manajemen akan semakin
kompak yang
akhirnya akan berdampak pada pencapaian tujuan dan
kelangsungan
perusahaan itu sendiri.
Sebagai salah satu layanan jasa rumah sakit yang ada di
Indonesia,
Rumah Sakit Medistra, Jakarta, dalam proses seleksi
ataupun rekruitmen
karyawan, tentunya pihak manajemen memiliki standar mutu
staf perawat
yang akan diterimanya. Karyawan yang memiliki kompetensi
dan
berkualitas tidak mungkin hanya diperoleh melalui
rekruitmen saja, tetapi
harus juga didukung melalui program pelatihan yang
berkelanjutan. Dengan
diberikannya program pendidikan dan pelatihan ini kepada
karyawan dan
staf perawat yang sudah lama bekerja maupun yang baru
saja bekerja
diharapkan mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam
melakukan
pekerjaannya dengan lebih baik sehingga akan tercipta
suatu pelayanan jasa
yang baik sesuai dengan kebutuhan serta keinginan para
pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit Medistra. 3
Berawal dari data yang didapatkan dalam prastudi di Rumah
Sakit
Medistra Jakarta, penulis mendapatkan informasi dan data
pada semester I
(pertama) tahun 2011 pada divisi keperawatan ditemukan
beberapa kasus
medis keperawatan yang berkaitan dengan ketidakpuasan
pasien terhadap
pelayanan perawatan. Kasus-kasus tersebut berkaitan
dengan berberapa hal
seperti pemberian dosis obat kepada pasien, teknis
perawatan yang kurang
sesuai penerapannya di ruangan perawatan, waktu pelayanan
terhadap
pasien yang kurang cepat atau pasien menunggu terlalu
lama, dan masalah
teknis lain, salah satunya dalam mengangkat pasien dari
tempat tidur karena
posisi pasien salah mengangkat atau bisa terjatuh dari
tempat tidur.
Situasi ini dapat terjadi karena adanya kurang komunikasi
yang baik
antara atasan atau penanggung jawab shift dengan bawahan
atau dalam
istilah komunikasi (asertif) yaitu situasi pada saat
melakukan pekerjaanya di
lapangan dilakukan dengan perasaan kurang menyenangkan,
begitu juga
pengawasan (monitoring) yang kurang dari atasan kepada
bawahan.
Kejadian tersebut sebenarnya dapat ditanggulangi jika
semua staf perawat
menjalankan peran dan fungsinya sikap profesionalisme
yang tinggi.
Sehubungan dengan hal tersebut, divisi keperawatan Rumah
Sakit
Medistra sebagai pelaksana operasional paling terdepan
dalam melayani
pasien mengadakan evaluasi dan mengajukan perlunya
diadakan program
pelatihan diantaranya Pelatihan Manajemen Mutu
Keperawatan.
Program pelatihan ini secara umum bertujuan untuk
menyediakan tenaga
keperawatan yang handal di tingkat manajemen yang bisa
terus
meningkatkan kinerjanya baik sebagai divisi maupun secara
keseluruhan di
dalam manajemen Rumah Sakit Medistra.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan
penelitian
evaluasi pengaruh pelatihan manajemen mutu keperawatan
terhadap
kinerja staf perawat pada divisi keperawatan Rumah Sakit
Medistra yang
telah mengikuti pelatihan tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Peningkatan kinerja atau kemampuan ketrampilan staf
perawat divisi
keperawatan sebagai lini terdepan menjadi harapan besar
bagi manajemen 4
Rumah Sakit Medistra melalui program pelatihan. Melalui
pelatihan ini
diharapkan muncul perubahan kinerja yang nyata terutama
dalam hal
pengetahuan, etos kerja, ketrampilan dalam melaksanakan
tugasnya,
melakukan kerja yang efektif, mandiri, dan mampu bekerja
sebagai tim
kerja yang kompak.
Setelah mengikuti program pelatihan ini para staf perawat
di divisi
keperawatan, perlu dievaluasi untuk mengetahui dampak
yang diberikan
terhadap kinerja staf perawat pasca pendidikan dan
pelatihan terutama
dalam beberapa hal yang berhubungan dengan peningkatan
kualitas dan
mutu pelayanan di Rumah Sakit Medistra Jakarta.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan
yang
akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan manajemen mutu
keperawatan
yang sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Medistra selama
ini?
2. Bagaimana persepsi karyawan terhadap Pelatihan
Manajemen Mutu
di Rumah Sakit Medistra?
3. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kinerja staf
perawat di Rumah
Sakit Medistra?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian
disusun sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan Pelatihan Manajemen Mutu
Keperawatan
yang sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Medistra
2. Menganalisis persepsi karyawan terhadap Pelatihan
Manajemen
Mutu di Rumah Sakit Medistra
3. Menganalisis pengaruh pelatihan terhadap kinerja staf
perawat di
Rumah Sakit Medistra.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membatasi ruang lingkup penelitian dengan
memfokuskan pada masalah evaluasi pelatihan karyawan di
Rumah Sakit
Medistra khususnya bagi staf divisi keperawatan yang
sudah mengikuti 5
program pelatihan manajemen mutu keperawatan pada bulan
Januari 2011.
Penelitian akan dilakukan dengan metode kuesioner dan
wawancara
terhadap Manajer, Kasub Divisi Pelatihan, Kepala Bagian
Keperawatan dan
Staf perawat.
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau
pertimbangan ataupun masukan kepada pihak-pihak yang
membaca hasil
penelitian ini.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran
dalam pelaksanaan program pelatihan yang efektif bagi
Perusahaan
pada masa yang akan datang.
2. Hasil penelitian dapat menjadi suatu karya ilmiah umum
yang dapat
dijadikan refrensi atau pembanding untuk penelitian
berikutnya.
3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
khususnya di
bidang SDM dan mengaplikasikannya dalam bidang pekerjaan
yang akan
ditekuni.
IPTEK 3
Saat
ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia
IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan
berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek
perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah
memanfaatkan perkembengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta
efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di
dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan
aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi).
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada).
Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik. Beberapa jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara lain B-mode ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat tersebut mengacu pada sistem radar. Oleh sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex Assignment/FASA).
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada).
Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik. Beberapa jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara lain B-mode ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat tersebut mengacu pada sistem radar. Oleh sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex Assignment/FASA).
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonografi
medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara
ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka,
struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.
Sedangkan dalam fisika istilah “suara ultra” termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan.
Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan.
Ultrasonografi medis digunakan dalam:
• Kardiologi; lihat ekokardiografi
• Endokrinologi
• Gastroenterologi
• Ginaekologi; lihat ultrasonografi gynekologik
• Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik
• Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan
• Urologi
• Intravascular ultrasound
• Contrast enhanced ultrasound
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.
Sedangkan dalam fisika istilah “suara ultra” termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan.
Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan.
Ultrasonografi medis digunakan dalam:
• Kardiologi; lihat ekokardiografi
• Endokrinologi
• Gastroenterologi
• Ginaekologi; lihat ultrasonografi gynekologik
• Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik
• Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan
• Urologi
• Intravascular ultrasound
• Contrast enhanced ultrasound
Sumber :
http://bocahti99.blogspot.com/2012/03/kemajuan-teknologi-bidang-kesehatan.html
IPTEK 4
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang diberi akal dan
pikiran yang lebih disbanding makhluk hidup lain, tentu memanfaatkan
kelebihannya untuk hal-hal yang menguntungkan. Contohnya di era globalisasi
seperti saat ini, banyak ditemukan berbagai alternatif untuk mempermudah
kehidupan kita. Hingga saat ini pun para ilmuwan-ilmuwan tersebut masih
melakukan riset-riset serta eksperimen-eksperimen yang yang berguna bagi kita.
Sampai sekarang pun masih berkembang di berbagai bidang kehidupan diantaranya
di bidang pertanian, kesehatan, pendidikkan, transportasi komunikasi, budaya
dan lain sebagainya. Dibawah ini adalah uraian tentang perkembangan tegnologi
bidang kesehatan.
Dewasa ini makin banyak penyakit yang ditemukan yang diakibatkan oleh bermacam sebab. Dari mulai yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya, contohnya kanker, penyakit yang langka ditemukan tapi malah justru sekarang banyak yang mengidapnya, contohnya flu babi, flu burung, Atresia Billier, hingga penyakit remeh-temeh tapi juga berbahaya, contohnya pilek, batuk dll. Namun dengan adanya perkembangan teknologi yang makin lama makin pesat ini, para penderita pun sudah bisa bernafas lega. Pasalnya, kini mulai banyak cara alternatif yang bisa ditempuh atau setidaknya membantu mereka mencari solusi. Bahkan bukan hanya para pasien yang diuntungkan akan adanya perkembangan tegnologi, tetapi para doketr pun merasa sangat terbantu, karena kini banyak pula ditemukan alat kesehatan yang memudahkan dalam doktermendiaknosis penyakit para pasiennya. Dan alat-alat diantaranya:
1. Stetoskop
2. Tensemeter
3. Alat Chemotherapy
4. USG
5. Termometer
6. Alat Roentgen (Ronsen)
7. Dll.
Dahulu para doktermasih menggunakan sistem “perkiraan” dan belum bisa dipertanggungjawabkan kepastiannya. Namun, setelah membaca uraian di atas kita patut bersyukur akan apa yang telah ada saat ini. Kita juga patut berterima kasih atas apa yang dilakukan para ilmuwan tersebut hingga kita bisjadi seperti saat ini. Sudah selayaknyalah kita melanjutkan usaha mereka dalam mengembangkan tegnologi lagi, agar kelak tak ada lagi makhluk hidup yang mati sia-sia hanya karena sakit dan tak ada biaya.
Dewasa ini makin banyak penyakit yang ditemukan yang diakibatkan oleh bermacam sebab. Dari mulai yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya, contohnya kanker, penyakit yang langka ditemukan tapi malah justru sekarang banyak yang mengidapnya, contohnya flu babi, flu burung, Atresia Billier, hingga penyakit remeh-temeh tapi juga berbahaya, contohnya pilek, batuk dll. Namun dengan adanya perkembangan teknologi yang makin lama makin pesat ini, para penderita pun sudah bisa bernafas lega. Pasalnya, kini mulai banyak cara alternatif yang bisa ditempuh atau setidaknya membantu mereka mencari solusi. Bahkan bukan hanya para pasien yang diuntungkan akan adanya perkembangan tegnologi, tetapi para doketr pun merasa sangat terbantu, karena kini banyak pula ditemukan alat kesehatan yang memudahkan dalam doktermendiaknosis penyakit para pasiennya. Dan alat-alat diantaranya:
1. Stetoskop
2. Tensemeter
3. Alat Chemotherapy
4. USG
5. Termometer
6. Alat Roentgen (Ronsen)
7. Dll.
Dahulu para doktermasih menggunakan sistem “perkiraan” dan belum bisa dipertanggungjawabkan kepastiannya. Namun, setelah membaca uraian di atas kita patut bersyukur akan apa yang telah ada saat ini. Kita juga patut berterima kasih atas apa yang dilakukan para ilmuwan tersebut hingga kita bisjadi seperti saat ini. Sudah selayaknyalah kita melanjutkan usaha mereka dalam mengembangkan tegnologi lagi, agar kelak tak ada lagi makhluk hidup yang mati sia-sia hanya karena sakit dan tak ada biaya.
IPTEK 5
PENGEMBANGAN BIO MATERIAL UNTUK
KEMAJUAN TEKNOLOGI KESEHATAN NASIONAL
1. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan tulang
Sejak
tahun 2003, Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT telah melakukan pengembangan
biomaterial untuk aplikasi kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara lain,
melakukan uji toksisitas dan biokompatibilitas hidroksiapatit (HA) berbahan
dasar mineral alam (batu gamping dan koral) untuk bone filler (pengisi tulang), melakukan desain
dan pembuatan komponen pelat implan berbasis stainless
steel sebagai bone substitute (pengganti tulang), serta
melakukan desain proses pembuatan semen tulangPolymethylmethacrylate (PMMA) untuk tujuan bone cement (semen tulang). HA, merupakan suatu
kalsium fosfat yang banyak digunakan sebagai material pengganti tulang karena
kemiripannya dengan struktur kimia tulang dan jaringan keras pada mamalia.
Material ini dapat mendorong pertumbuhan tulang baru, serta mempercepat proses
penyatuan tulang. Mahalnya bahan dasar bone
filler impor yang berupa
serbuk kalsium dan fosfat, membuat PTM BPPT berinisiatif untuk mengembangkan
bahan dasar HA dari bahan baku lokal yaitu gamping. Dari uji toksisitas yang
dilakukan, ditemukan bahwa HA yang dihasilkan tidak menimbulkan racun sehingga
aman untuk digunakan. Selain itu dari uji biokompatibilitas, dapat diketahui
juga bahwa HA ini mampu berinteraksi dengan jaringan tubuh makhluk hidup dengan
baik. PTM juga mengembangkan bone
filler yang mempunyai
kandungan obat didalamnya. Jadi dengan memasukan bone filler tersebut ke dalam tulang, maka
obat dapat mengalir langsung ke tulang yang berpenyakit sehingga hasilnya akan
lebih cepat terasa tambahnya. Selain HA untuk bone
filler ,sejak tahun 2007 PTM
BPPT juga mengembangkanPolymethylmethacrylate (PMMA)/bone cement polimer untuk mengisi celah-celah
persendian buatan dalam proses implantasi sendi putar. “Kami menggunakan
teknologi reverse engineering,
yakni meneliti komposisi bone
cement komersil yang
dipasarkan di luar negeri, untuk kemudian dilakukan studi literaturnya yang
hasilnya kita gunakan untuk mengembangkan PMMA ini. PMMA yang dihasilkan BPPT
memiliki sifat-sifat tidak jauh dari produk komersil yang sudah ada.
Diantaranya yaitu elastisitas, sifat kimia dan fisikanya serta kemampuan dalam
pengeringan. Saat ini bahan yang digunakan masih impor, namun Dwi mengharapkan
ke depan dapat mengembangkan PMMA berbahan baku lokal. Saat ini di Indonesia
belum ada industri alat kesehatan maupun industri farmasi yang memproduksi bone filler dan bone cement. Hal ini
disebabkan pihak industri menganggap market untuk kedua produk kesehatan ini
kecil.Jika ditilik lebih jauh, HA selain dapat digunakan sebagai bahan dasar bone filler,juga dapat
digunakan sebagai bahan tambahan pasta gigi untuk memperbaiki email gigi yang
rusak, bahan anti-aging dalam kosmetik dan bahan pemurnian
air.
Pengembangan
lainnya
Indonesia
memiliki sumberdaya pasir besi yang sangat berlimpah. Untuk itu kami di PTM,
juga melakukan kegiatan pengembangan bone
substitute berbahan dasar
baja stainless tipe SS316L. Tipe ini dipilih karena
ketahanannya yang tinggi terhadap karat. Pengembangannya saat ini sudah sampai
pada tahap uji toksisitas dan uji inflamasi interaksi jaringan. Melihat potensi
pasar yang ada, BPPT telah mensosialisasikan bone
filler dan bone cement pada industri dan pihak-pihak yang
terkait di Indonesia. Sedangkan untuk bone substitute, sudah ada industri di
Surabaya yang memproduksinya. Pada industri tersebut, selain memberikan problem solvingmengenai bahan
baku baja stainless yang selama ini masih harus impor,
BPPT juga memberikan solusi teknologi alternatif dalam membuat produk alat
kesehatan yakni dengan teknik pengecoran. Kelebihan dari teknik pengecoran
dibanding teknikmachining yang
selama ini mereka terapkan adalah tidak menimbulkan limbah dalam jumlah besar. Ke depan, kami akan mengembangkan implant
skrup berbahan baku polimer yang mempunyai kelebihan dapat langsung ditanam ke
dalam tubuh tanpa harus diambil kembali. Sebenarnya di luar negeri pun sudah
ada produk komersial implant skrup yang berbahan baku titanium, hanya saja
harganya sangat mahal. Jika kita mengembangkan sendiri implant skrup ini,
tentunya harganya akan menjadi lebih terjangkau, sekaligus juga kita
berkontribusi dalam memajukan teknologi alat kesehatan nasional.
2. Kemajuan teknologi di bidang
kesehatan gigi
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan di Singapura adalah
di bidang kesehatan gigi. Jangan khawatir, di Singapura, yang ompong kini
bisa tersenyum manis menggunakan gigi implan. Seperti apa implan itu
dilakukan? Berikut liputannya. Senyum
yang indah merupakan sesuatu yang terpancar dari dalam diri, lebih dari
sekadar putih berkilau atau gigi yang rapi. Itu merupakan masalah
kesejahteraan fisik dan mental. Didapat dari perilaku hidup yang sehat, menu
makan seimbang, olahraga rutin, kesehatan gigi yang baik, sampai pemikiran
yang positif dan sehat. Itulah yang diyakini Specialist Dental Group
Singapura. Dimulai sejak 30 tahun silam dengan nama
Henry Lee Dental Surgery, klinik itu diberi nama baru pada 2008: Specialist
Dental Group. Menurut direktur klinik, Dr Ansgar C Cheng dan Dr Neo Tee Khin,
nama baru itu merefleksikan keluasan dan kedalaman dari multidisiplin tim
dokter yang dapat menyediakan pelayanan perawatan gigi menyeluruh dalam satu
tempat. Dalam kunjungan media familiarisation Singapore Tourism Board (STB),
sejumlah media mendapat kesempatan bertemu langusung dengan dua pimpinan
Specialist Dental Group tersebut. Dr Cheng menjelaskan tentang inovasi dan
terobosan terbaru dalam kedokteran gigi. Mengganti gigi dengan dental
implants bukan sesuatu yang aneh. Siapa saja bisa mengganti gigi menggunakan
teknologi mutakhir tersebut. Anda bisa menemukannya di Specialist Dental
Group di Mount Elizabeth Medical Centre, tak jauh dari pusat perbelanjaan
Orchard Road di Singapura. Mereka memiliki teknologi dan keahlian dalam
menempatkan implan gigi lebih cepat. Implan instan adalah trademark dari
klinik Specialist Dental Group yang merupakan solusi untuk mendapatkan gigi
baru dalam beberapa hari. Grup itu telah menerbitkan banyak artikel klinis
tentang prosedur tersebut dan memiliki tingkat kesuksesan tinggi. Teeth-in-an-hour implan menggabungkan pasien CT scan dan
software tiga dimensi atau 3D untuk merencanakan operasi sebelumnya dan
prosedur yang sebenarnya dapat diselesaikan dalam waktu sekitar satu jam.
Pasien keluar dari klinik dengan gigi baru mereka pada akhir prosedur. Lalu merapikan
gigi (hampir) tak terlihat. Invisalignadalah
cara baru untuk meratakan susunan gigi menggunakan aligner (pelurus) bening
yang bisa dilepas. Perencanaan dilakukan menggunakan software 3D dan aligner
akan dicetak. Perawatan lebih estetis, nyaman, dan kesehatan gigi juga lebih
terjaga, karena aligner dapat dilepas saat pasien makan dan dipakai kembali
setelah menyikat gigi. Itu berarti mengurangi kunjungan ke dokter gigi. Tak
hanya itu, pilihan lain ada gummy smile. Gigi dapat diperbaiki dengan bedah
plastik gusi. Orang-orang yang menunjukkan terlalu banyak gusi ketika mereka
tersenyum kini memiliki solusi dengan perawatan gummy smile. Prosedur itu
melibatkan beberapa tim spesialis, yaitu periodontis (spesialis gusi),
prosthodontis (spesialis penggantian gigi), orthodontis (spesialis kawat
gigi), dan ahli bedah mulut, untuk membantu mengubah senyuman seseorang. Lalu
bagaimana pula di Pasific Healtcare? Pasific Healtcare Holdings (PHH) adalah
kelompok penyedia jasa kesehatan yang berkembang pesat dan dinamis. Mereka
juga telah membangun reputasi yang kuat dalam menyediakan pelayanan perawatan
kesehatan berkualitas premium, yang berintegrasi dengan berbagai disiplin
ilmu. Saat ini kelompok PHH berkembang dan meluas untuk menjadi pemain utama
dalam layanan kesehatan di wilayah regional, dengan pusat medis dari Cina ke
India. Layanan mencakup layanan spesialis dan gigi seperti halnya layanan
diagnostik dan keafiatan. Fasilitas yang ada termasuk pusat bedah satu hari
(tanpa opname), fasilitas pencitraan radiologi, laboraturium gigi, panti
jompo, dan farmasi. Di Singapura, PHH merupakan penyedia jasa kesehatan
nonrumah sakit terbesar. Menempati ruangan dengan luas lebih dari 2.100 meter
persegi yang berada di jantung pusat perbelanjaan Singapura, Orchard Road.
Cukup banyak pasien yang datang ke tempat itu dari berbagai negara. Mereka
juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan Ho Cho Minh. Menggunakan
teknologi maju, ahli bedah gigi Pasific Healthcare menyediakan layanan
kesehatan gigi secara umum, kosmetik, dan tanam untuk membantu Anda
mendapatkan senyum yang lebih menarik. “Kita bisa membantu Anda mendapatkan
senyum yang lebih menarik,” kata Dr William Chong, CEO of Pasific Healthcare
Holding Ltd. Kompetensi dari kelompok Pasific Healthcare adalah dalam
perawatan kesehatan spesialis, mencakup bidang bedah plastik, gigi tanam, dan
kosmetik. Ada juga kebidanan dan kandungan. Lalu jantung dan kedokteran
estetik. Ada dua rumah sakit lain di Singapura yang juga menawarkan
kecanggihan di bidang medis, yakni KK Women’n an Children’s Hospital dan
Changi General Hospital. Di KK Women’n an Children’s Hospital, disuguhkan
terobosan baru dalam bedah ginekologi. Bedah mencakup bedah laparoskopi port
tunggal untuk operasi besar ginekologi. Lalu fertiloskopi (bedah tak
berbekas) sebagai modalitas pemeriksaan awal fertilitas dan kehamilan ektopik
dini serta bedah ginekologi ringan seperti pemboran indung telur dan
adhesilisis sederhana. Dalam bedah laparoskopoi port tunggal, pengukuran
titik entri tunggal 2 cm pada bagian perut. Dibandingkan bedah laparoskopi
konvensional, memerlukan 3 atau 4 insisi kecil. Pasien akan mendapatkan
manfaat dari komesis yang lebih baik, karena cara itu tidak meninggalkan
bekas operasi yang kentara seperti pada tindakan laparoskopi multiport.
Manfaat potensial lainnya mencakup rasa nyeri berkurang pascaoperasi, waktu
penyembuhan lebih cepat, komplikasi berkurang, dan hasil kosmetik yang lebih
baik. Jenis operasi apa saja yang
dapat dilakukan dengan menggunakan bedah laparoskopi port tunggal? Menurut Dr
Low Yee, setidaknya ada empat jenis operasi, di antaranya pengangkatan kista
atau fibroid indung telur, kehamilan ektopik, pengangkatan rahim atau indung
telur atau keduanya, dan adhesiilisis yang memungkinkan dan bedah tubal
sederhana. Tak ketinggalan Changi General Hospital (CGH) yang
terletak di kawasan timur Singapura. Rumah sakit itu ditempuh 10 menit dari
bandara internasional Changi. CGH adalah anggota Singhealth dengan tiga rumah
sakit dan lima pusat spesialis nasional. CGH juga menerima penghargaan JCI,
yaitu akreditasi internasional dari organisasi kesehatan Amerika. Rumah sakit
pemerintah itu memiliki 790 tempat tidur untuk rawat inap, 30 kamar ICU, 12
kamar operasi, ruang gawat darurat beroperasi selama 24 jam. Tak hanya itu,
Changi General Hospital mempekerjakan sebanyak 2.500 staf dengan melayani
43.000 pasien rawat inap dan 338.000 pesien rawat jalan setiap tahun. Seperti
rumah sakit lainnya, CGH menawarkan 25 pelayanan medis yang komprehensif dan
terkini, di antaranya bedah laparoskopi terkini, endropause dan klinik khusus
pria, dermatologi, THT, gastroentrologi, klinik khusus payudara, dan sport
medicine. Untuk bedah laparoskopi terkini, CGH melayani bedah umum seperti
bedah hati, bedah bariatrik (lapbanding); ortopedik, legamen, dan operasi
tulang pinggul dan lutut; lalu urologi yang meliputi penyakit prostat dan
hernia repair. Lalu dermatologi menyediakan perawatan fototerapi, laser, microdermabrasion,
botox, dan chemical peels. Bagi Anda yang mengalami masalah lemah sahwat,
endropause, dan masalah kesuburan, bisa datang ke Changi General Hospital.
Tak hanya itu, kemajuan teknologi kedokteran di Singapura juga terlihat di
bidang telinga, hidung dan tenggorokan (THT). CGH memiliki reputasi
internasional dalam mengatasi masalah mendengkur dan pendengaran. Koran ini
sempat mencoba pengecekan THT dengan menggunakan alat video-endoskopi
computer-assisted measurement (CAM) yang dilakukan Dr Hsu Pon Poh, chief
& senior consultant ENT Surgeon dan director of integrated sleep service
Changi General Hospital Singapura. “Silakan lihat di layar komputer! Ada
penyumbatan di lubang hidung sebelah kiri,” kata dokter spesialis itu setelah
menggerakkan video-endoskopi. Dia memperlihatkan perbedaan antara lubang
hidung kanan dan kiri. “Tak hanya penyempitan, ada warna ungu di dinding
hidung. Ini tanda alergi,” tambahnya. Pemeriksaan tersebut tak begitu lama.
Secara umum kelainan yang ada pada hidung bisa dilihat jelas menggunakan
video endoskopi tersebut. Gambar yang dihasilkan dapat dilihat langsung oleh
pasien, dokter, dan keluarga pasien dengan menggunakan tiga monitor yang
saling berhubungan. Changi General Hospital juga memiliki klinik khusus
payudara. Klinik itu ditangani dokter ahli bedah wanita, Dr Tan Su-Ming. Tak
semua keluhan pasien harus diselesaikan dengan cara operasi. “Kita melakukan
deteksi awal menggunakan mammografi dan pemeriksaan payudara untuk kanker dan
penyakit payudara,” katanya.(*)
|
Teknologi informasi telah
berkembang dengan sangat pesat dan telah merambah ke berbagai bidang kehidupan
manusia termasuk juga pada bidang kesehatan. Kemajuan dalam bidang kesehatan
ini begitu pesatnya berkat kemajuan dalam bidang IT, sehingga begitu banyak
temuan-temuan yang didapatkan dengan bantuan teknologi informasi baik dalam
hal pengorganisasian suatu rumah sakit, pengobatan, maupun
penelitian-penelitian pengembangan dari ilmu kesehatan itu sendiri. Meskipun
begitu dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat
information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi masih relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik
sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian
besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan
billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat
modal-padat karya, tetapi investasi dalam hal teknologi informasi hanya
mendapatkan porsi yang kecil. Di AS saja, negara yang sudah maju baik dari
sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah sakit rata-rata
hanya menginvestasinya 2% dari dananya untuk teknologi informasi.
Industri Kesehatan telah memiliki standar operasional yang baik, seperti aplikasi standar patient safety. Praktik manajemen modern, seperti ISO, telah diterapkan di industri kesehatan secara gradual. Harapan hidup pasien telah mencapai taraf yang lebih baik dibanding masa lalu, berkat profesionalitas praktisi kesehatan yang semakin baik. Bersamaan dengan meningkatnya standar pelayanan industri kesehatan, maka tantangan yang dihadapi juga semakin meningkat. Abad ke 21 ini menjadi abad yang penuh tantangan. Berbagai macam penyakit masih menjadi tantangan utama dunia kedokteran, seperti Jantung/kardiovaskular, Kanker, HIV/AIDS, Glukoma, Diabetes, Alzheimer, Huntington, Sickle Cell dan Schizoprenia. Masyarakat saat ini mulai menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu perangkat yang penting dalam peradaban manusia untuk membantu mengatasi masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain teknologi informasi juga memiliki kemampuan dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak daripada cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru. Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen informasi kesehatan Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. 1. Perangkat Keras Perangkat keras atau Hardware meliputi a. Perangkat input : keyboard, mouse, scanner, mic, dll b. Perangkat output : monitor, printer, speaker, dll 2. Perangkat Lunak Perangkat lunak atau Software meliputi a. Sistem Operasi : Windows, Linux, atau Mac b. Program Aplikasi : Microsoft Office, Visual Basic, dll 3. Aspek Infrastruktur Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Perangkat keras, perangkat lunak, serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh penting yang akan diulas adalah: Rekam medis berbasis komputer (Computer based patient record) Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis berbasis komputer. Dalam laporan resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya. Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien secara lengkap, pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik. Teknologi penyimpan data portable Pelayanan kesehatan menggunakan referral system yaitu continuity of care. Konsep pelayanan kesehatan yang memiliki tingkat konektivitas yang tinggi di tingkat primer dengan tingkat rujukan di atasnya. Syaratnya adalah adanya komunikasi data medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan adalah penggunaan smart card (kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS untuk memudahkan pasien, dokter maupun pihak asuransi kesehatan. Smart card berisi, selain data demografis, beberapa data diagnosis terakhir juga akan tercatat. Teknologi lainnya adalah model web based electronic health record dimana pasien menyimpan data sementara kesehatan mereka di Internet. Datadapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah diotorisasi oleh pasien. Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah barcode (atau kode batang). Food and Drug Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien. Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Rumah sakit tidak lagi memerlukan barcode reader. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis. Teknologi nirkabel Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital mengem-bangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai kom-puter dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nirkabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggu mobilitasnya. Komputer genggam (Personal Digital Assistant) Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit. Memang, hingga saat ini tidak ada satu rumah sakit di dunia yang dapat menerapkan konsep rekam medis elektronik yang ideal. Namun demikian, beberapa penelitian melaporkan karakteristik dan pengalaman rumah sakit dalam menerapkan rekam medis elektronik. Doolan, Bates dan James mempublikasikan suatu studi tentang keberhasilan penerapan 5 rumah sakit utama di AS. Dan yang menerapkan rekam medis berbasis komputer dan mendapatkan penghargaan Computer-Based Patient Record Institute Davies’ Award. Kelimanya adalah : 1. LDS Hospital, Salt Lake City (LDSH) pada 1995 2. Wishard Memorial Hospital, Indianapolis (WMH) tahun 1997 3. Brigham and Women’s Hospital, Boston (BWH) tahun 1996 4. Queen’s Medical Center, Honolulu (QMC) in1999 5. Veteran’s Affairs Puget Sound Healthcare System, Seattle and Tacoma (VAPS) tahun 2000 Kelima rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dengan jumlah tempat tidur bervariasi (dari 246-712 TT). Berdasarkan kepemilikan, 3 diantaranya merupakan rumah sakit swasta non profit (1,3,4), 1 merupakan rumah sakit daerah (2) dan 1 rumah sakit tentara (5). Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik. Disamping itu, catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat juga telah dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih dahulu. Kunci keberhasilan pengembangan sistem merupakan investasi untuk memperbaiki dan meningkat-kan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini, seiring dengan isyu medical error dan patient safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi semakin dominan dan klinisi perlu dilibatkan dalam perancang-an dan modifikasi sistem.Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun non formal untuk melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem. Dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain yang memiliki pengalaman informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi. Hal ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan klinis. Salah satu manajer IT mengatakan bahwa “We had over 530 people involved, and doctors hired to help us design screens and everything. The doctors were very much part of the effort.” Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis Meskipun diakui bahwa penggunaan komputer menambah beban bagi dokter, tetapi rumah sakit me-nyediakan fasilitas yang sangat mendukung. Jaringan nirkabel disediakan agar dokter tetap dapat mengakses data secara mobile. Demikian juga, fasilitas internet memungkinkan mereka memantau perkembangan pasien dari rumah.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu
dokter mengatakan bahwa “..We demonstrated and talked about it and
evangelized the clinical staff that this was something good, something sexy,
high tech and innovative and it was going to be expected to be utilized.”
Karena kesemuanya adalah rumah sakit pendidikan, setiap residen di-haruskan
menggunakan komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi,
memelihara momentum agar dokter dapat menggunakan komputer secara langsung
bervariasi, dari 3 tahunan hingga satu dekade.
Aspek Teknologi dalam Bidang Medis Tak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang teknis medis berkembang demikian pesatnya. CT Scan, generator x-ray MRI dan lain-lain adalah contoh nyata betapa alat bantu tersebut dapat lebih cepat dan tepat menentukan diagnosa yang pada gilirannya sangat bermanfaat dalam menetapkan skedul pengobatan yang sesuai. Namun, bukan berarti tanpa kendala. Tingkat kesalahan, ketrampilan dan biaya yang membengkak patut menjadi pertimbangan dalam memilih dan menentukan peralatan berbasis teknologi informasi.
Aspek
Teknologi di Bidang Medis dalam Praktek
Dalam perkembangannya, peralatan teknologi sebagai penunjang yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan tindakan medis dalam praktek sehari-hari makin canggih. Laptop dan PDA adalah contoh alat bantu yang sering digunakan (di luar negeri). Penelitian tentang manfaat alat tersebut terhadap keputusan tindakan medis ternyata masih perlu pengembangan. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dasar para praktisi. Artinya, alat bantu di atas dapat memberi informasi dalam tindakan klinis namun seyogyanya disadari pula bahwa alat bantu bukan alat yang serba bisa. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan (Bates dan Gawande, 2003). Kajian yang lebih baru oleh Chaudhry, dkk (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi dapat bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar pelayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan. Kajian sistematis Kawanoto, dkk (2005) pada 70 penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada 68% studi. Aspek Teknologi dalam Bidang Pendidikan Pada dasarnya Teknologi Informasi dimaksudkan untuk mempermudah proses belajar yang konstruktif dengan mengintegrasikan simulasi dan berhadapan dengan kasus realistik secara berkesinambungan sejak preklinik hingga pendidikan klinik di RS. Sebagai contoh, ketika mahasiswa belajar anatomi dengan cara konvensional, diperlukan waktu lama untuk memahami setiap bagian tubuh manusia karena harus membedahnya lapis demi lapis sebelum mengetahui organ di dalamnya. Berbeda dengan cara terkini yang bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi sehingga pemahaman lebih mudah dan cepat. Fungsi zoom dapat membantu mengenal secara detail setiap bagian tubuh. Manakala mahasiswa berhadapan dengan kadaver maka bayangan detail tiap lapisan tubuh sudah melekat dalam memori. Peran IT Akan Semakin Dominan.
Dunia IT semakin berkembang
pesat. Komputer masa kini memiliki processing power yang lebih besar, namun
memiliki ukuran yang lebih kecil. Sistim operasi semakin lama semakin user
friendly. Linux menjadi pilihan banyak praktisi IT, karena open source. Dengan
perkembangan dunia IT yang semakin maju, maka sudah seharusnya semua itu
dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah kedokteran. Sekarang, sistim
e-health dan asuransi kesehatan sudah sepenuhnya ditopang oleh IT. Namun, ke
depannya, sudah seharusnya kedokteran klinis juga ditopang secara penuh oleh
berbagai perkembangan dunia IT, seperti open source, user friendly GUI, dan
multi core processor. Bioinfomatika kedokteran akan semakin berperan dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pasien secara langsung.
|
IPTEK 6
Perkembangan Teknologi Kedokteran
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan berperan besar dalam meningkatkan
layanan kesehatan warga dunia. Akselerasi penggunaan TIK dalam dunia kesehatan
semakin meningkat dan mudah dengan adanya partisipasi Google Inc yang mulai
menyediakan layanan Medical Record
Service.
Proyek percontohan Google itu telah
melibatkan puluhan ribu pasien di rumah sakit Cleveland yang dengan suka rela
mentransfer rekam medis mereka. Rekam medis yang terkumpul itu dipergunakan
oleh Google untuk memberikan layanan melalui aplikasi terbarunya. Perlu dicatat
bahwa setiap data pasien dalam rekam medis, seperti resep obat, jenis alergi,
riwayat kesehatan, dan sebagainya semuanya itu dilindungi dengan mempergunakan
password, seperti juga yang disyaratkan dalam layanan Google lainnya. Layanan
Google tersebut semakin membuat pengelola rumah sakit ingin segera memakai dan
mengintegrasikan sistem informasi dan manajemenya dengan Google demi mewujudkan
sistem layanan kesehatan yang lebih efektif dan progresif.
Perkembangan teknologi informasi yang
begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun
dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat
information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS,
negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat
menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu tool penting dalam
peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi.
Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah bagian penting dalam
manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang
begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain
memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan
di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini
secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung manajemen
rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai dengan
berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Kesehatan di Indonesia
Standar dan mutu layanan kesehatan di Indonesia belum
menggembirakan dan masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain.
Perhatian negara terhadap standar fasilitas kesehatan bagi penyedia jasa
kesehatan dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan pasien juga masih kurang.
Untuk membenahi sistem kesehatan nasional secara progresif dibutuhkan solusi
cerdas berupa layanan elektronik kesehatan atau biasa disebut dengan istilah
e-Health. Yang merupakan solusi enterprise di bidang kesehatan karena
melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat luas, Rumah Sakit, Puskesmas,
Perguruan Tinggi, hingga produsen obat dan industri farmasi. Selain itu
keterpaduan dan integrasi antara e-Health dengan SIAK (Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan), baik dalam lingkup nasional, regional dan daerah sangat membantu
optimalisasi sistem kesehatan rakyat dimasa mendatang. Proses Digital Medical Records (DMR) atau rekam
medis elektronik merupakan segmen fundamental dari e-Health. Karena DMR memberikan
fasilitas pertukaran data antar lembaga kesehatan seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, perguruan tinggi, perseorangan dan lain-lain. Sistem dapat menyimpan
sejarah rekam medis dari seorang pasien mulai lahir sampai meninggal dunia.
Kelebihan rekam medis elektronik antara lain : memungkinkan akses yang simultan
dari lokasi berbeda, mengurangi kesalahan interpretasi data, penyajian yang
variatif, mempercepat pembuatan keputusan, dan membantu analisis data.
Kondisinya bertambah sempurna jika disertai kapasitas penyimpanan multimedia
untuk foto rontgen, rekaman suara, diagram, laporan patologi, dan lain-lain.
Aplikasi e-Health melahirkan lompatan yang luar biasa dalam sektor kesehatan
seperti : Surveilans Epidemiologi, Telemedicines, Prescribing dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kesehatan.
Untuk mengembangkan aplikasi e-Health pentingnya memperhatikan standar DICOM (Digital
Imaging and Communications in Medicine). Karena standar itu memungkinkan
data-data hasil pemeriksaan radiologi untuk disimpan dan atau ditransmisikan
dengan menggunakan format tertentu. Cakupan standar DICOM tidak hanya berkisar
pada masalah penyimpanan dan penyajian data radiologi, namun semakin berkembang
ke arah integrasi instrumen radiologi dengan protokol jaringan komunikasi
tertentu.
2. Manfaat Telemedicine
Surveilans Epidemiologis merupakan
kumpulan data penyakit yang diobservasi untuk mengetahui tren dan mendeteksi
perubahan kejadian penyakit tersebut secara dini. Pola dan distribusi penyakit
juga mudah diamati berdasarkan area geografis, usia, komunitas, dan sebagainya.
Prosedur pengumpulan data secara manual dapat digantikan dengan digitalisasi
yang lebih cepat, akurat dan hemat biaya. Apalagi jika jarak lokasi kejadian
dan tempat pengumpulan data sangat berjauhan. Lompatan luar biasa lainnya
adalah mengenai Telemedicine. Yang merupakan pemanfaatan TIK untuk memberikan
informasi dan pelayanan kesehatan atau
kedokteran dari suatu lokasi ke
lokasi lainnya. Telemedicine bisa diartikan sebagai akses cepat untuk
memberikan keahlian medis secara jarak jauh. Sehingga tidak tergantung dimana
posisi pasien itu berada. Dalam kondisi gawat darurat atau bencana alam, fungsi
Telemedicine menjadi sangat penting karena dapat mempercepat tindakan medis.
Data medis seperti foto resolusi tinggi, gambar radiografi, rekaman suara,
rekam medis pasien, konferensi video kesehatan juga dapat ditransfer ke lokasi
lain yang berjauhan. Pelayanan kesehatan interaktif tersebut juga dapat
menggunakan media audio visual untuk konsultasi, diagnosis dan pengobatan,
termasuk proses pendidikan dan latihan kepada penyedia kesehatan dan masyarakat
luas. Telemedicine melahirkan sub-aplikasi seperti teleradiologi,
teledermatologi, telepatologi, telefarmasi dan sebagainya. Sistem Informasi
Geografis (SIG) dibidang kesehatan sangat berguna untuk menampilkan berbagai
peta tematik kesehatan. SIG sangat membantu otoritas kesehatan untuk mengambil
kebijakan yang cepat dan tepat. Dalam hal ini hasil-hasil dari Surveilans
epidemologis dalam format SIG bisa ditampilkan secara fleksibel melalui
internet. Dan jika SIG Kesehatan diintegrasikan dengan SIG Kependudukan
merupakan infrastruktur data yang bermutu tinggi untuk menentukan kebijakan
pembangunan berkelanjutan. Selain itu dengan e-Health mekanisme Prescribing
atau sistem resep obat secara online juga bisa dilakukan. Dalam hal ini pasien
hanya berurusan dengan institusi pelayanan kesehatan. Sedangkan resep obat akan
diatur secara otomatis. Mulai dari persedian obat sampai dengan pembayaran oleh
pihak asuransi kesehatan. Mekanisme diatas juga bisa mengeleminir tindakan
mafia obat dan memudahkan kontrol pemerintah dan publik dalam hal harga dan
distribusi obat-obatan. C.Peran Dokter dan Perawat TIK juga mempermudah Dokter
dan Perawat dalam memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat
monitor komputer, aliran darah , memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X.
Sebagai contoh saat perawatan Almarhum Mantan Presiden Soeharto di Rumah Sakit
Pertamina Jakarta, tahun 2008. Dengan teknologi modern bisa memonitor, bahkan menggantikan
fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu merupakan
teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan Komputer.
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia
telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak
terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi
seakan telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di
sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi
tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang
berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata akan
hambatanhambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya
adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi
informasi sevara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem
informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang
teknologi informasi keperawatan.
3. Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen
informasi kesehatan
Secara umum masyarakat mengenal
produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan
infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor,
touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader,
maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini
bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat
diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya, terdapat perangkat keras
pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central procesing
unit) dan memori komputer. Perangkat keras
ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan
dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat
keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel
(removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput yang
menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer,
speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak
dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk
mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta
mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di komputer.
Sedangkan perangkat aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar kerja,
membuat presentasi, mengelola database dan lain sebagainya. Selain itu terdapat
juga program utility yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan fungsi
tertentu seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita
mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam
kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area
Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten
atau negara atau yang dikenal sebagaiWide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi
seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul
istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer
genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun
GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input,
pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta infrastruktur,
ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun
efisiensi manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh penting yang akan
diulas adalah
·
rekam medis berbasis komputer,
·
teknologi penyimpan portabel seperti smart card,
·
teknologi nirkabel dan
·
komputer genggam.
·
Rekam medis berbasis komputer (Computer based
patient record)
Salah satu tantangan besar dalam
penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan
rekam medis medis berbasis komputer. Dalam laporan resminya, Intitute of
Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan
keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif
dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya[1].
Pengertian rekam medis berbasis
komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database
untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen
pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai
data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi
dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan
laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang
lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung
keputusan (SPK) yang
memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar
dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
Gambar 1. Alert tentang permintaan lab yang berlebihan dalam
salah satu model aplikasi rekam medis berbasis komputer
·
Teknologi penyimpan data portable
Salah satu aspek penting dalam
pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan rujukan (referral system)
adalah continuity of care. Dalam konsep ini, pelayanan kesehatan di tingkat
primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi dengan tingkat rujukan di
atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi data medis secara mudah
dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan menggunakan teknologi informasi
adalah penggunaan smart card (kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data
sementara). Smart card sudah digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS
sehingga memudahkan pasien, dokter maupun pihak asuransi kesehatan. Dalam smart
card tersebut, selain data demografis, beberapa data diagnosisi terakhir juga
akan tercatat. Teknologi penyimpan portabel lainnya adalah model web based
electronic health record yang memungkinkan pasien menyimpan data sementara
kesehatan mereka di Internet. Data tersebut kemudian dapat diakses oleh dokter
atau rumah sakit setelah diotorisasi oleh pasien. Teknologi ini merupakan salah
satu model aplikasi telemedicine yang tidak berjalan secara real time.
Aplikasi penyimpan data portabel
sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode batang ini sudah jamak
digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek datang tertentu. Hal
ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan
inventori. Food and Drug
Administration (FDA) di AS telah
mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda
obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi
farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain itu,
penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan
rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang
semakin populer adalah RFID (radio frequency
identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan
identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih
memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan
alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang
disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database
komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
·
Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam
dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada
tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital
mengembangkan local area network(LAN) yang
memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di
nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial.
Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung
ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir
kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus
terganggun mobilitasnya.
·
Komputer genggam (Personal Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam
(PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh
persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat
digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun
panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di Internet
memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA seperti
epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon
memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di
rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi
telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan
secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan
interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit.
4. Peran Dokter dan
Perawat
TIK juga mempermudah Dokter dan
Perawat dalam memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat
monitor komputer, aliran darah , memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X.
Sebagai contoh saat perawatan Almarhum Mantan Presiden Soeharto di Rumah Sakit
Pertamina Jakarta, tahun 2008. Dengan teknologi modern bisa memonitor, bahkan
menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu
merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan
Komputer. Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke
Indonesia telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara
kita. Tidak terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan
informasi seakan telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh
pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia
menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata
akan hambatanhambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya
adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi
informasi sevara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem
informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang
teknologi informasi keperawatan.
5. Pelayanan Medis dan Non medis
Kualitas atau mutu pelayanan
keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan
ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan
keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam
keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi
menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat
non-medis, sebagai contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat,
pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan lain-lain. Ada pun
pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses pembayaran,
sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan
bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.
·
Pelayanan Medis
Pelayanan yang bersifat medis
khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi
yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data
secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya,
intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya,
hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima
asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA,
NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program
aplikasi yang digunakan. Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua
tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua teknologi
yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak ada
gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat
dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan. Contoh nyata yang dapat
kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah menerapkan sistem
informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang diciptakan oleh
kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan sistem ini hal pertama
yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi diagnosis keperawatan yang selama
ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk menghilangkan ambiguitas
dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi,
penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai kepada upaya identifikasi
error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor
klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa yang telah
dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan
mengurangi kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan.
·
Pelayanan Non Medis
Pelayanan yang bersifat non-medis pun
dengan adanya perkembangan teknologi informasi seperi sekarang ini semakin
terbantu dalam menyediakan sebuah bentuk pelayanan yang semakin efisien dan
efektif, dimana para calon klien rumah sakit yang pernah berobat atau dirawat
di RS tidak perlu lagi menunggu dalam waktu yang cukup lama saat mendaftarkan
diri karena proses administrasi yang masih terdokumentasi secara manual di atas
kertas dan membutuhkan waktu yang cukup lama mencari data klien yang sudah
tersimpan, ataupun setelah sekian lama mencari dan tidak ditemukan akhirnya
klien tersebut diharuskan mendaftar ulang kembali dan hal ini jelas menurunkan
efisiensi RS dalam hal penggunaan kertas yang tentunya membutuhkan biaya.
Bandingkan bila setiap klien didaftarkan secara digital dan semua data mengenai
klien dimasukkan ke dalam komputer sehingga ketika data-data tersebut
dibutuhkan kembali dapat diambil dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.
6. PERANAN KOMPUTER DALAM DUNIA KESEHATAN
Computerized Axial Tomography
Teknologi Informasi di bidang
kesehatan atau kedokteran komputer juga telah memperlihatkan peran yang sangat
signifikan untuk menolong jiwa manusia, dan riset di bidang kedokteran.
Komputer digunakan untuk mendiagnosis penyakit, menemukan obat yang tepat,
serta menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat.
Teknologi informasi berupa Sistem Computerized Axial
Tomography (CAT) berguna untuk menggambar
struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak
bergerak dengan menggunakan sinar-X. Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan
sistemDynamic Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat
digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh.
Single Photon Emission Computer
Tomography (SPECT), merupakan sistem komputer
yang mempergunakan gas radioaktif untuk mendeteksi partikel-partikel tubuh yang
ditampilkan dalam bentuk gambar. Bentuk lain adalahPosition Emission
Tomography (PET) juga merupakan sistem komputer
yang dapat menampilkan gambar yang menggunakan isotop radioaktif. Selain itu
Nuclear Magnetic Resonance merupakan teknik mendiagnosis dengan cara
memagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hidrogen.
Saat ini telah ada temuan baru yaitu komputer DNA, yang mampu
mendiagnosis penyakit sekaligus memberi obat. Ehud Shapiro beserta timnya dari
institut Sains Weizmann, Rehovot, Israel, telah membuat komputer DNA ultrakecil
yang mempu mendiagnosis dan mengobati kanker tertentu. Komponen penyusun
komputer DNA adalah materi genetik yang diketahui urutan basanya. Seperti
diketahui bahwa urutan gen secara intrinsik mempunyai kemampuan inheren untuk
mengolah informasi layaknya komputer. Oleh karena itu trilyunan mesin
biomolekul yang bekerja dengan ketepatan lebih dari 99,8% itu, dapat dikemas
dalam setetes larutan. Komputer DNA menggunakan untai nukleotida sebagai
masukan data, dan molekul biologi aktif sebagai larutan data dapat menghasilkan
sistem kendali logis dari proses-proses biologi. Mesin ini bahkan mampu
mengerjakan soal-soal matematik.
BAB III
KESIMPULAN
Teknologi dalam kesehatan mempunyai
peran yang sangat penting,terutama dalam memberikan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut
membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.
Namun demikian, tidak dipungkiri
bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk manajemen
kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi
transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis) problem
sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika sudah sampai aspek
klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM
seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit
terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh
karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah
satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa
disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya
akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai lebihnya. Yang terakhir adalah
kecurigaan terhadap lemahnya aspek security, konfidensialitas dan privacy data
medis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar